Cari Blog Ini

Sabtu, 22 Mei 2010

BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Itulah tujuan pendidikan agama Islam yang dicantumkan dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS. Sedangkan Pendidikan Islam adalah pendidikan individual dan masyarakat, karena di dalam ajaran Islam berisi tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama serta lebih banyak menekankan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan sendiri maupun orang lain
Tantangan yang dihadapi dalam Pendidikan Agama khususnya Al-Islam sebagai sebuah mata pelajaran adalah bagaimana mengimplementasikan pendidikan agama Islam bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia. Dengan demikian materi pendidikan agama bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dan kehidupannya senantiasa dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun mereka berada, dan dalam posisi apapun mereka bekerja.
Pendidikan Agama Islam di sekolah atau di madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran Al-Islam di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “Pengetahuan tentang Agama Islam.” hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri siswa. Mayoritas metode pembelajaran Al-slam di sekolah selama ini lebih ditekankan pada hafalan, akibatnya siswa kurang memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi Al-Islam. Melihat kenyataan yang ada di lapangan, sebagian besar teknik dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah yang digunakan para guru kita cenderung monoton dan membosankan.
Banyak berbagai kritik terhadap pelaksanaan pendidikan agama yang sedang berlangsung di sekolah, bahwa Al-Islam di sekolah lebih bersifat verbalistik dan formalis atau merupakan tempelan saja. Metodologi pendidikan agama tidak kunjung berubah sejak dulu hingga sekarang, padahal masyarakat yang dihadapi sudah banyak mengalami perubahan. Siswa kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian. Seperti halnya metode pembelajaran agama Islam yang selama ini lebih ditekankan pada hafalan (padahal Islam penuh dengan nilai-nilai yang harus dipraktekkan dalam perilaku keseharian), akibatnya siswa kurang memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi Al-Islam
Dalam upaya untuk merealisasikan pelaksanaan pendidikan Al-Islam, guru dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai dan menguasai tentang metode pembelajaran secara baik agar ia mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan efisien dan dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Metode mengajar merupakan salah satu alat pendidikan yang penting yang besar peranannya dalam menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan islam. Metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana yang paling bermakna dalam pencapaian materi pendidikan. Tanpa metode suatu materi pelajaran tidak akan dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar mencapai tujuan pendidikan.
Untuk memilih metode yang digunakan memang memerlukan keahlian tersendiri. Seorang pendidik harus pandai memilih metode yang akan dipergunakan, dan metode tersebut harus dapat memotivasi siswa untuk mempelajari dan mengamalkan apa yang ia pelajari. Untuk menjawab persoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif guna mempelajari Al-Islam yang kondusif dengan suasana yang cenderung rekreatif sehingga memotivasi siswa untuk mengembangkan potensi kreatifitasnya dan lebih bermakna jika anak-anak “memahami” apa yang dipelajarinya, bukan “mengetahui”-nya.

Maka saat ini yang mendesak adalah bagaimana usaha-usaha yang harus dilakukan oleh para guru Al-Islam untuk mengembangkan metode-metode pembelajaran yang dapat memperluas pemahaman peserta didik mengenai ajaran-ajaran agamanya, mendorong mereka untuk mengamalkannya dan sekaligus dapat membentuk akhlak dan kepribadiannya.
Beranjak dari hal di atas dan bertitik tolak dari gejala-gejala yang timbul, maka penulis menemukan beberapa hal sewaktu mengadakan observasi dan wawancara pendahuluan pada tanggal 8 Februari 2009, di mana penulis masih menjumpai beberapa siswa yang tidak melakukan ibadah shalat, terutama shalat fardhu 5 waktu meskipun mereka mengetahui tata cara shalat, paham dan mengerti akan guna dan pentingnya shalat.
Dari latar belakang di atas dan mengingat pentingnya suatu pelaksanaan metode pembelajaran dalam mengimplementasikan Pendidikan Agama Islam peneliti ingin sedikit meneliti tentang “PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN AL-ISLAM DI SMA MUHAMMADIYAH 7 PALEMBANG”

B. Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya permasalahan dalam penyusunan skripsi dan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian ini maka dalam masalah penelitian ini peneliti hanya meneliti pelaksanaan metode ceramah yang dilaksanakan oleh guru Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang.

C. Rumusan Masalah
1) Bagaimana pelaksanaan metode ceramah dalam pembelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang ?
2) Apa faktor penghambat dan penunjang pelaksanaan metode ceramah dalam pembelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang ?

D. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui pelaksanaan metode ceramah dalam pembelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang
2) Untuk mengetahui faktor penghambat dan penunjang pelaksanaan metode ceramah dalam pembelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang

E. Kegunaan Penelitian
• Sebagai sumbangan pemikiran bagi guru mata pelajaran Al-Islam agar dapat meningkatkan pelaksanaan dan penerapan metode ceramah dalam pembelajaran Al-Islam
• Sebagai penambah wawasan khususnya bagi peneliti tentang pelaksanaan dan penerapan metode ceramah dalam pembelajaran Al-Islam




F. Definisi Operasional
• Pelaksanaan adalah proses, cara perbuatan melaksanakan ( rancangan, keputusan dan sebagainya)
• Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
• Pelaksanaan metode pembelajaran adalah suatu perbuatan atau proses cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

G. Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rujukan dari karya Saepul Hamdani yang memaparkan bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah atau di madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “pengetahuan tentang Agama Islam.” hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan ceramah. Proses internalisasi tidak secara otomatis terjadi ketika nilai-nilai tertentu sudah dipahami oleh siswa. Artinya, metode ceramah yang digunakan guru ketika mengajar PAI berpeluang besar gagalnya proses internalisasi nilai-nilai agama Islam pada diri siswa, hal ini disebabkan siswa kurang termotivasi untuk belajar materi PAI
Karya Aminah yang menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan proses kerja sama antara guru dan murid. Sering kita dengar dalam kalangan pendidikan bahwa metode apapun yang digunakan oleh guru namun hasilnya lebih banyak ditentukan oleh faktor guru dan muridnya. Guru yang pandai dalam menggunakan metode yang baik, tidak akan mencapai hasil yang diinginkan jika muridnya tidak mempunyai kemauan untuk belajar. Dan sebaliknya guru akan memperoleh hasil yang baik dari usahanya walaupun metode yang dipakainya bukanlah yang terbaik, apabila guru dan muridnya sama-sama berkemauan untuk mencapai hasil tersebut. Sepintas lalu di atas memang ada benarnya, tetapi jika benar-benar diperhatikan akan tampaklah bahwa masalahnya tetap terletak pada masalah metodologi, ini menunjukkan bahwa peranan metode dalam proses belajar mengajar sangat penting sekali.
Karya Djumiati yang menyatakan bahwa metode mengajar adalah suatu teknik atau cara yang harus ditempuh dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Supaya apa yang disampaikan oleh guru kepada siswa dapat diterima dan dipahami siswa tersebut. Karena penggunaan metode tersebut dapat menentukan pula dalam cara siswa belajar. Dan merupakan faktor pendukung dari keberhasilan seseorang atau seorang siswa dalam belajar tidak dapat dipisahkan disamping metode yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar.
Tantangan yang dihadapi dalam Pendidikan Agama khususnya Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran adalah bagaimana mengimplementasikan pendidikan agama Islam bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia. Dengan demikian materi pendidikan agama bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dan kehidupannya senantiasa dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun mereka berada, dan dalam posisi apapun mereka bekerja. Maka saat ini yang mendesak adalah bagaimana usaha-usaha yang harus dilakukan oleh para guru Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan metode-metode pembelajaran yang dapat memperluas pemahaman peserta didik mengenai ajaran-ajaran agamanya, mendorong mereka untuk mengamalkannya dan sekaligus dapat membentuk akhlak dan kepribadiannya.
Guru dituntut untuk melaksanakan metode pembelajaran baik dari segi kemampuan memilih, menetapkan, dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Untuk lebih jelasnya penulis mengutarakan pendapat Tamsik Udin A.M.


“Dalam kegiatan sehari-hari guru sebagai tenaga profesional dihadapkan pada tugas-tugas yang memerlukan kemampuan yang memiliki taraf profesional sebagai berikut :
1. Kemampuan merencanakan program belajar mengajar.
2. Melaksanakan (mengelola) proses belajar mengajar
3. Menilai kemampuan proses belajar mengajar
4. Menguasai bahan serta metode belajar mengajar

Dapat disimpulkan bahwasanya pelaksanaan suatu metode pembelajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam sangatlah penting. Pada saat ini pelaksanaan metode pembelajaran pendidikan agama islam dianggap masih sangat kurang, padahal suatu metode merupakan hal yang sangat penting bagi tercapainya tujuan dan penyampaian nilai- nilai yang terkandung dalam pelaksanaan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam memiliki peranan sangat penting dalam menciptakan suatu pembelajaran atau proses belajar mengajar yang baik. pelaksannan metode pembelajaran yang baik dapat pula mempengaruhi prestasi dan keberhasilan siswa. Diharapkan dalam pelaksanaan metode pembelajaran yang baik dan tepat dapat mengimplementasikan Pendidikan Agama Islam itu sendiri bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama tetapi dengan suatu pelaksanaann metode pembelajaran yang baik guru dapat menyampaikan nilai yang terkandung di dalamnya sehingga dapat membentuk kepribadian siswa yang beriman dan bertakwa.


H. Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisa data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi.
1) Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakterisrik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Populasi dalam penelitian ini adalah populasi total. Oleh karena responden berjumlah 4 orang guru Agama. Dan untuk sampelnya penulis berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto “jika jumlah populasi kurang dari 100 maka sampelnya dapat diambil semua, sementara jika jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka dapat diambil sampel penelitian antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Oleh sebab itu, penelitian ini adalah penelitian populasi karena jumlah populasinya kurang dari 100.




2) Jenis dan Sumber Data
a) Jenis Data
Data secara umum berarti informasi yang menerangkan suatu fenomena atau karakteristik. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata atau gambar. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (skoring).
Data dalam penelitian terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang diwujudkan dengan angka tentang jumlah guru, pegawai, siswa, sarana dan prasarana, seperti lokal belajar, meja dan kursi siswa, meja dan kursi guru, papan tulis, dan perpustakaan. Sedangkan data kualitatif meliputi pelaksanaan metode pembelajaran bidang studi Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang, keadaan guru SMA Muhammadiyah 7 Palembang yang meliputi latar belakang pendidikan guru, pelatihan serta penataran-penataran yang diperoleh.






b) Sumber Data
Sumber data primer adalah yang diperoleh secara langsung dari sumber data responden atau data yang diambil dari tangan pertama yang diambil dari hasil wawancara yang ditujukan kepada guru SMA Muhammadiyah 7 Palembang. Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang bersifat menunjang penelitian yang diambil dari dokumen sekolah, internet dan buku yang menunjang dalam pembahasan.
3) Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini, dimaksudkan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang penulis maksud adalah:
a) Metode Observasi
Metode observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian. Suatu metode dimana penulis mengadakan pengamatan dan pencatatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti, guna memperoleh data tentang kondisi lapangan penelitian.
Metode ini digunakan untuk mengamati secara langsung mengenai pelaksanaan metode pembelajaran mata pelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang dan aspek-aspek yang berhubungan dengan penelitian dan Adapun instrumen yang digunakan field notes. Karena peristiwa-peristiwa yang ditemukan di lapangan baik sengaja maupun tidak sengaja dan dapat dicatat dengan segera.
b) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode untuk mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.
Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk menghimpun data tentang sejarah SMA Muhammadiyah 7 Palembang, keadaan guru, siswa, keadaan sarana dan prasarana, dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah penelitian.
c) Metode Wawancara (interview)
Wawancara atau interview adakah suatu bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi
Digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara mengadakan wawancara langsung dengan responden yang dijadikan sasaran penelitian (objek penelitian) tujuannya untuk memperoleh data secara langsung mengenai pelaksanaan metode ceramah dalam pembelajaran Al-Islam serta faktor penghambat dan penunjang pelaksanaan metode ceramah dalam pembelajaran Al-Islam.
4) Analisa Data
Menurut Kusnanto yang dikutip Boy S. Sabarguna, Mars Analisa data adalah menata, menyusun dan memberikan makna pada kumpulan data. Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian lapangan, baik data primer maupun data sekunder. Maka dalam hal ini, penulis mengadakan analisa data dengan cara mengklasifikasikan dan mengelompokkan data-data tersebut. Setelah data dikelompokkan dan diolah dengan cara memeriksa hassil observasi, dokumentasi serta wawancara. Analisa data dilakukan dengan bersifat kualitatif deskriptif tanpa menggunakan statistik, bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena-fenomena yang terjadi berkenaan dengan pelaksanaan metode pembelajaran.

J. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah mengetahui secara keseluruhan isi dari skripsi ini maka disusun suatu sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama, memuat pendahuluan yang terdiri atas Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Batasan masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Kajian Pustaka, Kerangka teori, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
Bab kedua, memuat landasan teori yang berisikan deskripsi teori tentang pengertian metode, dasar pertimbangan pemilihan metode mengajar, metode ceramah, praktik penggunaan metode ceramah.
Bab ketiga, memuat deskripsi wilayah yang membicarakan tentang gambaran umum SMA Muhammadiyah 7 Palembang seperti sejarah berdirinya, sarana dan prasarana, keadaan guru atau karyawan dan kepala sekolah, keadaan siswa, latar belakang pendidikan guru di SMA Muhammadiyah 7 Palembang
Bab keempat, memuat analisa data yang membahas secara sistematis tentang analisa data dari hasil penelitian tentang pelaksanaan metode pembelajaran mata pelajaran Al-Islam yang dilakukan di SMA Muhammadiyah 7 Palembang
Bab kelima, memuat kesimpulan dan saran terdiri atas kesimpulan dari penelitian ini dan saran yang ditujukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA


Arifin, H.M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 1994.
Arifin, H.M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 1991
Aminah. Studi Kmparatif Prestasi Belajar Bidang Studi PAI antara Penerapan Metode Monoton dan Metode Bervariasi di SLTP Yayasan Pendidikan Nurul Amal Kotamadya Palembang. Palembang: Perpustakaan IAIN Raden Fatah, 1999.

Anwar, Dessy. Kamus Lengka Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Abditama, 2001
Arief, Armai. Pengantar dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pengantar Statistik. Jakarta: Bina Aksara, 2004

Abdurrahmansyah. Pengembangan dan Tela’ah Kurikulum PAI di SLTP dan SMA Palembang: Raden Fatah Press, 2007

Daradjat, Zakiyah. et. al. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994

Daradjat, Zakiyah. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Djumiati. Penerapan Metode Pengajaran dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Agama Islam di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Nurul Amal Palembang. Palembang : Perpustakaan IAIN Raden Fatah, 1999.

Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2005

Djamarah, Syaiful Bahri. dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2006

Furchan, Arief. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional 1982

Hawi, Akmal. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2007
Hamalik , Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2008
ttp://www.laboratoriumum.sch.id/files/BAB%20VII%20STRATEGI%20PEMBELAJARAN%20DENGAN%20METODE%20CERAMAH.pdf

Kasmawati. Strategi Mengajar Guru Agama Bidang Pendidikan Agama Islam di SLTP Negeri 2 Muara Kuang Kabupaten OKI ” Palembang : Perpustakaan IAIN Raden Fatah, 2000

Karoma. Bahan Kuliah Tekhnologi Pendidikan/ Tekhnologi Pembelajaran. Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2009.

Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya, Metodologi Penelitian (Palembang: Universitas Sriwijaya, 1998

Nasution. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 2002
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Pasaribu. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito, 1993
Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Penerbit SIC, 2001
Sholahuddin, Mahfuz dkk. Metodologi Pendidikan Islam. Surabaya: Bina Ilmu, 1986

Silberman, Melvinn L. Active Learning. Bandung: Nusamedia, 2009

Sabarguna Mars, Boy S. Analisa Data pada Penelitian Kualitatif . Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2004

Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2004

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002

Udin, Tamsik. H.M. Bidang Pengajaran Ilmu Pendidikan SPG/SGO/KPG. Bandung: Epsilon Group, 1987.

Usman, Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002

W.J.S. Poerdarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1980

Zuhairimi. Metode Khusus Pendidikan Agama. Surabaya : Usaha Nasional, 1983.

Zuhairimi, Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional, 1985


Zuhairimi, et. al., Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional, 1985

BAB V

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data penelitian, penulis akan menarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Metode ceramah dalam proses pembelajaran mata pelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang sudah dilakukan dengan baik karena telah mengikuti prosedur pelaksanaan metode ceramah yakni telah terpenuhinya aspek-aspek:
a. Keterampilan dasar berceramah yang terdiri dari komponen kejelasan, penggunaan contoh, penggunaan penekanan dan pemberian umpan balik dalam mengajar.
b. Pengelolaan perhatian anak yang telah baik karena adanya variasi stimulus, perubahan saluran komunikasi, penggunaan humor dan antusiasme guru yang tinggi dalam mengajar
c. Pengefektifan metode ceramah yang sudah berjalan yang meliputi aspek pembangkitan minat, pemaksimalan pemahaman dan pengingatan, pelibatan siswa dalam mengajar, dan memperkuat apa yang telah di sampaikan
d. Serta struktur penyajian atau prosedur ceramah yang baik.

2. Faktor penunjang pelaksanaan metode ceramah dalam pembelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang sarana dan prasarana berupa fasilitas seperti perpustakaan, laboratorium, komputer dan alat peraga, serta buku LKS yang dimiliki setiap siswa. Sedangkan faktor yang menghambat pelaksanaan metode pembelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang yaitu alokasi waktu mata pelajaran Al-Islam hanya 2 jam yang dianggap kurang memadai, situasi dan kondisi kelas yang panas, padat karena jumlah siswa dalam satu kelas yang berkisar 39 sampai 50 per kelasnya.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka diajukan beberapa saran untuk disampaikan kepada pihak-pihak terkait:
1. Kepala sekolah perlu memberikan motivasi dan dukungan kepada guru mata pelajaran Al-Islam untuk memiliki wawasan yang luas dalam pelaksanaan metode pembelajaran mata pelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang.
2. Semua guru mata pelajaran Al-Islam perlu memiliki pemahaman, kemampuan dan pengetahuan yang luas dengan memiliki pemahaman, kemampuan dan pengetahuan itu guru dapat meningkatkan proses pembelajaran di dalam kelas.
3. Kepada Perguruan Tinggi sebagai produsen guru agama dalam hal ini Fakultas Tarbiyah IAIN, hendaknya meningkatkan pola pendidikan bagi calon guru agama itu dalam segala hal, baik penguasaan pengetahuan, penguasaan metodologi maupun penguasaan keterampilan.

BAB IV

BAB IV
PELAKSANAAN METODE CERAMAH DALAM PEMBELAJARAN
AL-ISLAM DI SMA MUHAMMADIYAH 7 PALEMBANG

A. Pelaksanaan Metode Ceramah dalam Pembelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang
Sebagai seorang pendidik yang merupakan bagian atau elemen yang integral dan urgen dalam sebuah pendidikan formal, maka guru diharapakan mampu memotivasi dan mendominasi elemen-elemen yang lain. Guru menduduki posisi sentral dalam suatu lembaga pendidikan. Sebagai seorang pendidik yang merupakan bagian atau elemen yang integral dan urgen dalam sebuah pendidikan formal, maka guru diharapakan mampu memotivasi dan mendominasi elemen-elemen yang lain. Guru menduduki posisi sentral dalam suatu lembaga pendidikan. Untuk itu, diharapkan juga agar guru memiliki kemampuan (kompetensi) dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya di dalam membimbing siswa. Untuk itu, diharapkan juga agar guru memiliki kemampuan (kompetensi) dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya di dalam membimbing siswa.
Untuk mengetahui pelaksanaan metode pembelajaran mata pelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang, maka penulis megadakan observasi dengan guru yang mengajar mata pelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang yang berjumlah 4 orang yaitu: Azizah S.Ag., Guru Al-slam kelas XII memiliki pengalaman mengajar 12 tahun, beliau merupakan guru negeri yang diperbantukan dengan golongan 1VB, S1 jurusan tarbiyah. Drs. Yesmanuddin, Guru kelas XI memiliki pengalaman mengajaran Selama 19 Tahun, S1 jurusan Syari’ah, Hj. Iswarita S.Pd.I, guru kelas X dan XI Lulusan S1 Tarbiyah, Yuliana Dewi S.Ag., Guru kelas X berpengalaman 3 Tahun dalam mengajar.
Tabel 8
DATA GURU AL-ISLAM


No Item Nama Guru Jenis Kelamin Guru Kelas Pengalaman Mengajar Jumlah Mata Pelajaran yang di ajar
1 Azizah, S.Ag Perempuan XII 12 Tahun 1 MP
2 Drs. Yesmanuddin Laki-laki XI 19 Tahun 2 MP
3 Hj. Iswarita, S.Pd.I Perempuan X dan XI 9 Tahun 1MP
4 Yuliana Dewi S.Ag Perempuan X 3 Tahun 1MP

Selanjutnya penulis akan menguraikan hal-hal yang berhubungan tentang pelaksanaan metode ceramah dalam pembelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang sebagai berikut:



1. Keterampilan Dasar Berceramah
Dibawah ini dapat dilihat tabel tabulasi mengenai keterampilan dasar berceramah yang meliputi komponen kejelasan mencakup tentang bahasa, volume dan intonasi. Penggunaan contoh, penggunaan penekanan dan pemberian tugas umpan balik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 9
Komponen Kejelasan
(Bahasa, Volume dan Intonasi Suara)


No Item Guru Bahasa Volume&Intonasi Suara Ket
Jelas Kurang jelas Tidak Jelas Tepat Kurang tepat Tidak
Tepat
1 Azizah, S.Ag √ √ Lugas, sederhana & tepat
2 Drs. Yesmanuddin √ √ Lugas, sederhana & tepat
3 Hj. Iswarita, S.Pd.I √ √ Lugas, sederhana & tepat
4 Yuliana Dewi S.Ag √ √ Lugas, sederhana & tepat

Berdasarkan hasil observasi penulis di lapangan dengan ibu Azizah S.Ag, Hj.Iswarita, S.Pd.I, Drs. Yesmanudin dan Ibu Yuliana Dewi S.Ag. bahwa di lihat dari keterampilan dasar berceramah dalam proses belajar mengajar di kelas dari segi bahasa, volume dan intonasi suara guru sudah jelas dan bahasa yang digunakan lugas, sederhana dan tepat, baik dari segi pilihan kata, pengucapan maupun volume dan intonasi suara, Pilihan katanya telah disesuaikan dengan perkembangan bahasa dan kemampuan nalar siswa sehingga siswa mudah memahami ini terbukti berdasarkan bahasa yang digunakan guru sudah lugas, sederhana dan tepat. Pengungkapan pernyataan-pernyataannya pun dari berbagai seginya. Baik dari segi pilihan kata, pengucapan maupun volume dan intonasi suara (prosodi) sudah tepat. Pilihan katanya sudah disesuaikan dengan perkembangan bahasa dan kemampuan nalar siswa. Pengungkapan pernyataan pun sudah lancar sehingga memudahkan siswa dalam menangkap keutuhan yang diceramahkan. Kalimat-kalimat yang dipakai oleh para guru pun telah menggunakan kata dan istilah yang lugas. Penggunaan kalimatnya logis dan tidak gramatikal. Begitu juga struktur kalimat yang digunakan sederhana terhindar dari kalimat kompleks.
Struktur penyajiannya bertolak dari yang mudah ke yang sukar, bertolak dengan yang dekat dengan anak, penyajian secara induktif, penyajian secara deduktif, berangkat dari bahan yang memprasyarati untuk memahami konsep di atasnya yang lebih tinggi, bertolak dari konsep kongkrit ke yang abstrak .
Ini dikuatkan pula dari hasil wawancara pada siswa SMA muhammadiyah 7 Palembang yang menyatakan “Cara mengajar yang diajarkan oleh guru Al-Islam jelas, sederhana dan mudah dimengerti.


Tabel 10
Penggunaan Contoh

No Item Guru Penggunaan Contoh Ket
Ada Tidak ada
1 Azizah, S.Ag √ Model
2 Drs. Yesmanuddin √ Model
3 Hj. Iswarita, S.Pd.I √ Model
4 Yuliana Dewi S.Ag √ Model

Berdasarkan hasil observasi penulis di lapangan dengan ibu Azizah S.Ag, Hj.Iswarita, S.Pd.I, Drs. Yesmanudin dan Ibu Yuliana Dewi S.Ag. bahwa setiap guru Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang telah menggunakan contoh walaupun masih bersifat sangat sederhana yakni dengan menceritakan kisah-kisah yang berkaitan dengan materi yang sesuai dengan situasi-situasi yang dialami siswa. Sehingga siswa pun mudah dalam memahami konsep-konsep yang tidak lazim dan sulit.






Tabel 11
Penggunaan Penekanan

No Item Guru Penggunaan Penekanan Ket
Ada Tidak
ada
1 Azizah, S.Ag  Penting
2 Drs. Yesmanuddin  Terutama
3 Hj. Iswarita, S.Pd.I  Yang paling penting
4 Yuliana Dewi S.Ag  Kesimpulannya

Berdasarkan tabel di atas dan hasil observasi penulis dapat diketahui bahwa Penggunaan penekanan yang dilakukan oleh Ibu Azizah, S.Ag. Hj. Iswarita S.Pd.I, Drs. Yesmanuddin, dan Yuliana Dewi S.Ag sudah ada dan guru pun sudah bisa memusatkan perhatian siswa pada rincian-rincian masalah yang esensial.
Tabel 12
Pemberian Umpan Balik
No Item Guru Pemberian Umpan Balik Ket
Ada Tidak ada
1 Azizah, S.Ag √ Tanya jawab
2 Drs. Yesmanuddin √ Tanya jawab
3 Hj. Iswarita, S.Pd.I √ Tanya jawab
4 Yuliana Dewi S.Ag √ Tanya jawab

Dari hasil observasi penulis dilapangan diperoleh bahwa pemberian umpan balik sudah dilakukan oleh guru mata pelajaran Al-Islam karena Pemberian umpan balik memiliki arti yang sangat penting sekali. Dalam hal ini maka guru mata pelajaran Al-Islam telah memberikan kesempatan pada siswa untuk menunjukkan pemahamannnya terhadap materi yang telah disampaikannya.

2. Pengelolaan Perhatian Anak
Tantangan terbesar dalam pembelajaran dengan metode ceramah adalah menjaga perhatian anak. Guru memerlukan teknik-teknik khusus dalam berceramah agar perhatian anak tetap terjaga untuk mempertahankan perhatian terhadap materi ceramah guru dapat memvariasikan gaya mengajarnya
Dibawah ini dapat dilihat tabel tabulasi mengenai pengelolaan perhatian anak yang meliputi: variasi stimulus, perubahan saluran komunikasi, penggunaan humor dan antusiasme guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:






Tabel 13
Variasi Stimulus
(Variasi Nada, Tekanan Suara, dan Struktur Gramatikal)

No Item
Guru Variasi Nada Tekanan Suara Struktur Gramatikal
Ket
Tepat Kurang tepat Tidak Tepat Tepat Kurang tepat Tidak Tepat Tepat Kurang tepat Tidak
Tepat
1 Azizah, S.Ag √ √ √
2 Drs. Yesmanuddin √ √ √
3 Hj. Iswarita, S.Pd.I √ √ √
4 Yuliana Dewi S.Ag √ √ √

Berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan dengan Azizah S.Ag, Hj. Iswarita SPd.I, Drs.Yesmanuddin dan Yuliana Dewi S.Ag dapat diketahui bahwa variasi stimulus tekanan suara & struktur gramatikal sudah jelas dan tepat.

Tabel 14
Perubahan Saluran Komunikasi

No Item Guru Perubahan Saluran Komunikasi Ket
Ada Tidak ada
1 Azizah, S.Ag √ Papan Tulis
2 Drs. Yesmanuddin √ Papan Tulis
3 Hj. Iswarita, S.Pd.I √ Papan Tulis
4 Yuliana Dewi S.Ag √ Papan Tulis
Berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan dengan Azizah S.Ag, Hj. Iswarita S.Pd.I, Drs.Yesmanuddin dan Yuliana Dewi S.Ag dapat diketahui bahwa guru sudah bisa mempertahankan perhatian anak dalam mengikuti ceramah dengan menggunakan memadukan ceramah dengan variasi saluran komunikasi. Hal ini telah dilakukan guru dengan memanfaatkan gambar, papan tulis, grafik dan media visual yang lain

Tabel 15
Penggunaan Humor

No Item
Guru Penggunaan Humor
Ket
Ada Tidak ada
1 Azizah, S.Ag √
2 Drs. Yesmanuddin √
3 Hj. Iswarita, S.Pd.I √
4 Yuliana Dewi S.Ag √

Berdasarkan hasil observasi penulis dengan Azizah S.Ag, Hj. Iswarita S.Pd.I, Drs.Yesmanuddin dan Yuliana Dewi S.Ag di dalam kelas terlihat bahwa setiap guru dalam proses belajar mengajar sudah menggunakan humor sebagai salah satu alat yang dipakai guru untuk mempertahankan dan memperbarui perhatian anak terhadap penyajian materi pembelajaran. Sehingga peserta didik tidak bosan untuk mengikuti materi pelajaran yang mereka terima .
Tabel 16
Antusiame Guru

No Item
Guru Antusiasme Guru
Ket
Ada Tidak ada
1 Azizah, S.Ag √
2 Drs. Yesmanuddin √
3 Hj. Iswarita, S.Pd.I √
4 Yuliana Dewi S.Ag √

Berdasarkan hasil observasi penulis dengan Azizah S.Ag, Hj. Iswarita S.Pd.I, Drs.Yesmanuddin dan Yuliana Dewi S.Ag di dalam kelas terlihat bahwa setiap guru dalam proses belajar mengajar memiliki Antusiasme guru yang tinggi dalam penyampaian bahan ceramah sehingga mendorong motivasi para siswa dan menjadikan ceramah menjadi lebih dinamis dan hidup




3. Pengefektifan Metode Ceramah
Agar bisa efektif, guru harus terlebih dahulu membangkitkan minat, memaksimalkan pemahaman dan pengingatan, melibatkan siswa selama penceramahan, dan menekankan kembali apa yang telah disajikan.
Dibawah ini dapat dilihat tabel tabulasi mengenai keterampilan dasar berceramah yang meliputi komponen kejelasan mencakup tentang bahasa, volume dan intonasi. Penggunaan contoh, penggunaan penekanan dan pemberian tugas umpan balik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 17
Pembangkitan Minat
(Pemaparan Kisah, Pengajuan Soal Cerita dan Pertanyaan Penguji)

No Item
Guru Pemaparan Kisah Pengajuan Soal Cerita Pertanyaan Penguji
Ket
Ada Tidak ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada
1 Azizah, S.Ag √ √ √ Kisah fiksi
2 Drs. Yesmanuddin √ √ √ Kisah fiksi
3 Hj. Iswarita, S.Pd.I √ √ √ Kisah fiksi
4 Yuliana Dewi S.Ag √ √ √ Kisah fiksi




Berdasarkan hasil observasi penulis dengan Azizah S.Ag, Hj. Iswarita S.Pd.I, Drs.Yesmanuddin dan Yuliana Dewi S.Ag di dalam kelas terlihat bahwa Guru sudah membangkitkan minat salah salah satunya dengan memaparkan kisah yang menarik perhatian siswa terhadap apa yang diajarkan, mengajukan soal cerita menjadi bahan sajian dalam ceramah pengajaran, memberikan pertanyaan penguji kepada siswa sehingga siswa termotivasi untuk mendengarkan ceramah guru lebih lanjut dan memiliki minat yang besar terhadap apa yang diajarkan. Sehingga motivasi siswa pun terbangkit untuk belajar lebih dalam mengenai materi .

Tabel 18
Memaksimalkan Pemahaman dan Pengingatan
(Headline/Kepala Cerita, Contoh dan Analogi, dan Cadangan Visual)

No Item
Guru Headline/Kepala Cerita Contoh dan Analogi Cadangan Visual
Keterangan

Ada Tidak ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada
1 Azizah, S.Ag √ √ √ Buku pegangan
2 Drs. Yesmanuddin √ √ √ Buku pegangan
3 Hj. Iswarita, S.Pd.I √ √ √ Buku pegangan
4 Yuliana Dewi S.Ag √ √ √ Buku pegangan



Berdasarkan hasil observasi penulis dengan Azizah S.Ag, Hj. Iswarita S.Pd.I, Drs.Yesmanuddin dan Yuliana Dewi S.Ag di dalam kelas terlihat bahwa setiap guru dalam proses belajar mengajar sudah memaksimalkan pemahaman dan pengingatan (headline/kepala cerita, contoh dan analogi, dan cadangan visual) yang membantu pengefektifan metode ceramah yang digunakan. Ini terlihat dari cara penyusunan kembali poin-poin utama dalam ceramah yang menjadi kata - kata kunci yang berfungsi subjudul verbal atau bantuan mengingat atau yang disebut dengan headline/kepala cerita, pemberian gambaran nyata tentang gagasan dalam penceramahan yang membandingkan antara materi dengan pengetahuan dan pengalaman yang siswa miliki atau yang disebut dengan contoh dan analogi, dan yang terakhir adalah cadangan visual yang berupa buku pegangan dan peragaan yang mana siswa dapat melihat dan mendengar apa yang guru katakan








Tabel 19
Pelibatan Siswa
(Tantangan Kecil dan Latihan yang Memperjelas)

No Item
Guru Tantangan Kecil Latihan yang Memperjelas
Ket
Ada Tidak ada Ada Tidak ada
1 Azizah, S.Ag √ √ Tanya jawab dan latihan
2 Drs. Yesmanuddin √ √ Tanya jawab dan latihan
3 Hj. Iswarita, S.Pd.I √ √ Tanya jawab dan latihan
4 Yuliana Dewi S.Ag √ √ Tanya jawab dan latihan


Berdasarkan hasil observasi penulis dengan Azizah S.Ag, Hj. Iswarita S.Pd.I, Drs.Yesmanuddin dan Yuliana Dewi S.Ag di dalam kelas terlihat bahwa setiap guru dalam proses belajar mengajar menunjukkan bahwa guru mata pelajaran Al-Islam dalam proses belajar mengajar sudah memberi latihan yang memperjelas materi pelajaran guna untuk lebih mengefektifkan metode ceramah yang digunakan. Ini terlihat dari pemberian tantangan kecil atau interupsi ceramah secara berkala yang dilakukan oleh guru pertanyaan kuis ringan dan latihan yang memperjelas kepada siswa .



Tabel 20

Memperkuat Apa yang Disampaikan
(Soal Penerapan dan Tinjauan Siswa)

No Item
Guru Soal penerapan Tinjauan siswa
Ket
Ada Tidak ada Ada Tidak ada
1 Azizah, S.Ag  
2 Drs. Yesmanuddin  
3 Hj. Iswarita, S.Pd.I  
4 Yuliana Dewi S.Ag  

Berdasarkan hasil observasi penulis dengan Azizah S.Ag, Hj. Iswarita S.Pd.I, Drs.Yesmanuddin dan Yuliana Dewi S.Ag di dalam kelas terlihat bahwa guru tersebut belum memperkuat apa yang disampaikan baik itu yang meliputi soal penerapan dan tinjauan siswa . Sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa soal penerapan dan tinjauan siswa belum ada dan belum di lakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.






4. Struktur Penyajian atau Prosedur Ceramah
Dibawah ini dapat dilihat tabel tabulasi mengenai penyajian atau prosedur ceramah di SMA Muhammadiyah 7 Palembang yang meliputi perkenalan topik ceramah, penyebutan tujuan pembelajaran secara singkat dan jelas, penyebutan secara garis besar materi ceramah dalam bentuk ide-ide pokok atau topik inti, pengurutan ceramah topik inti secara erurutan yang dikaitkan dengan bahan pengait, rangkuman dan pertanyaan untuk siswa sebagai penutup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 21
Memperkenalkan Topik Ceramah

No Item
Guru Memperkenalkan Topik Ceramah
Ket
Ada Tidak ada
1 Azizah, S.Ag √
2 Drs. Yesmanuddin √
3 Hj. Iswarita, S.Pd.I √
4 Yuliana Dewi S.Ag √






Berdasarkan hasil observasi penulis dengan Azizah S.Ag, Hj. Iswarita S.Pd.I, Drs.Yesmanuddin dan Yuliana Dewi S.Ag bahwa guru mata pelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang dalam proses belajar mengajar di dalam kelas sudah memperkenalkan topik ceramah dan penyebutan tujuan pembelajaran dan dilaksanakan dengan baik oleh guru yang bersangkutan .

Tabel 22
Penyebutan Tujuan Pembelajaran Secara Singkat Tetapi Jelas Bagi Siswa

No Item

Guru Penyebutan tujuan pembelajaran secara singkat tetapi jelas bagi siswa

Ket
Ada Tidak ada
1 Azizah, S.Ag √
2 Drs. Yesmanuddin √
3 Hj. Iswarita, S.Pd.I √
4 Yuliana Dewi S.Ag √

Berdasarkan hasil observasi penulis dengan Azizah S.Ag, Hj. Iswarita S.Pd.I, Drs.Yesmanuddin dan Yuliana Dewi S.Ag bahwa guru mata pelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang dalam proses belajar mengajar di dalam kelas dengan penyebutan tujuan pembelajaran secara singkat tetapi jelas bagi siswa dan penyebutan secara garis besar materi ceramah dalam bentuk-bentuk ide pokok atau topik inti sudah digunakan dengan sebaik-baiknya. Dengan menggunakan komponen tersebut diharapkan mempermudah peserta didik dalam mengikuti proses belajar-mengajar di dalam kelas .
Tabel 23
Penyebutan Secara Garis Besar Materi Ceramah dalam Bentuk-Bentuk Ide Pokok atau Topik Inti
No Item

Guru Penyebutan secara garis besar materi ceramah dalam bentuk-bentuk ide pokok atau topik inti

Ket
Ada Tidak ada
1 Azizah, S.Ag √
2 Drs. Yesmanuddin √
3 Hj. Iswarita, S.Pd.I √
4 Yuliana Dewi S.Ag √

Berdasarkan hasil observasi penulis dengan Azizah S.Ag, Hj. Iswarita S.Pd.I, Drs.Yesmanuddin dan Yuliana Dewi S.Ag bahwa guru mata pelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang dalam proses belajar mengajar di dalam kelas dengan penyebutan tujuan pembelajaran secara singkat tetapi jelas bagi siswa dan penyebutan secara garis besar materi ceramah dalam bentuk-bentuk ide pokok atau topik inti sudah digunakan dengan sebaik-baiknya. Sehingga mempermudah peserta didik dalam mengikuti proses belajar-mengajar di dalam kelas .




Tabel 24

Pengurutan Ceramah Topik Inti Secara Berurutan yang dikaitkan dengan Bahan Pengait

No Item
Guru Pengurutan ceramah topik inti secara berurutan yang dikaitkan dengan bahan pengait
Ket
Ada Tidak ada
1 Azizah, S.Ag √
2 Drs. Yesmanuddin √
3 Hj. Iswarita, S.Pd.I √
4 Yuliana Dewi S.Ag √

Berdasarkan hasil observasi penulis dengan Azizah S.Ag, Hj. Iswarita S.Pd.I, Drs.Yesmanuddin dan Yuliana Dewi S.Ag bahwa guru mata pelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang dalam proses belajar mengajar di dalam kelas dengan pengurutan ceramah topik inti secara berurutan yang dikaitkan dengan bahan pengait sudah ada sehingga mempermudah siswa untuk mengerti dan memahami materi yang diberikan .







Tabel 25
Rangkuman dan Pertanyaan Untuk Siswa Sebagai Penutup

No Item Guru Rangkuman dan pertanyaan untuk siswa sebagai penutup Ket
Ada Tidak ada
1 Azizah, S.Ag √
2 Drs. Yesmanuddin √
3 Hj. Iswarita, S.Pd.I √
4 Yuliana Dewi S.Ag √

Dari hasil observasi penulis dengan Azizah S.Ag, Hj. Iswarita S.Pd.I, Drs.Yesmanuddin dan Yuliana Dewi S.Ag bahwa guru mata pelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang dalam proses belajar mengajar di dalam kelas dengan pengurutan ceramah topik inti secara berurutan yang dikaitkan dengan bahan pengait dan Rangkuman dan pertanyaan untuk siswa sebagai penutup sudah digunakan dengan sebaik-baiknya. Sehingga mempermudah peserta didik dalam mengikuti proses belajar-mengajar di dalam kelas .
Hal ini menunjukkan bahwa mendidik atau mengajar adalah suatu usaha pembinaan yang dilakukan oleh guru, jika dilihat dari pembinaan aspek pemahaman (kognitif) maka pembinaan yang dilakukan guru bertujuan agar siswa dapat memahami ajaran agama Islam. Apabila dilihat dari pembinaan aspek afektif, maka pembinaan yang dilakukan oleh guru bertujuan agar siswa dapat menerima ajaran Islam dengan baik, dan pembinaan aspek psikomotorik, maka pembinaan yang dilakukan guru bertujuan agar siswa dapat melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

B. Faktor Penghambat dan Penunjang dalam Pelaksanaan Metode Pem belajaran Mata Pelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang
1. Faktor Penunjang
a. Sarana dan Prasarana
Hasil wawancara penulis, bahwa sarana dan prasarana yang disediakan dan diperlukan oleh sekolah dalam pelaksanaan metode pembelajaran mata pelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang sudah tersedia tetapi penggunaannya masih sangat minim.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Yuliani Dewi, S.Ag, menyatakan bahwa sarana dan prasarana di SMA Muhammadiyah tempat mereka mengajar memang sudah memadai seperti mushalla, alat peraga, dan buku-buku pelajaran Al-Islam yang tersedia di perpustakaan .
Bila dikaji lebih lanjut, memang sarana dan prasarana yang ada di SMA Muhammadiyah 7 Palembang tersebut sudah memadai, dengan tersedianya sarana dan prasarana keagamaan itu diharapkan seluruh pihak sekolah, seperti kepala sekolah, guru mata pelajaran Al-Islam, dan siswa akan termotivasi untuk melaksanakan kegiatan keagamaan di sekolah itu. Oleh karena itu, semua komponen sekolah dari kepala, wakil kepala sekolah, guru, dan pegawai tata usaha harus memberikan contoh yang baik untuk menggunakan sarana dan prasarana yang ada sebagai tempat kegiatan para siswa.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru mata pelajaran SMA Muhammadiyah 7 Palembang (Hj. Iswarita, S.Pd.I dan Azizah, S.Ag), yang mengatakan bahwa sarana dan prasarana dalam pelaksanaan metode pembelajaran mata pelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang seperti mushallah, alat peraga, dan buku-buku pelajaran umum dan agama sudah memadai . Hal senada juga dikatakan oleh Drs. Yesmanuddin bahwa dilihat dari sarana dan prasarana dalam pelaksanaan metode pembelajaran mata pelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 Palembang tidak mengalami kendala dan menjadi hambatan yang signifikan. Sarana dan prasarana yang ada disekolah kami sudah memadai dan tidak ada kendala, seperti alat –alat peraga, buku-buku keislaman lainnya dan mushollah sudah tersedia di sekolah ini .
Kemudian hal itu dikonfirmasikan dengan Kepala, dan Wakil Kepala SMA Muhammadiyah 7 Palembang, mengatakan memang benar dilihat dari sarana dan prasarana dalam penerapan metode pembelajaran mata pelajaran Al-Islam di sekolah ini, seperti mushollah, alat-alat peraga yang digunakan guru mata pelajaran Al-Islam dalam proses belajar-mengajar dikelas dan buku-buku pelajaran Al-Islam, dapat dikatakan tidak mengalami kendala dan sudah memadai .
Fasilitas keagamaan yang ada di sekolah seperti laboratorium keagamaan, komputer, dan perpustakaan, memberikan pengaruh yang besar kepada keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas serta menumbuhkan sikap keagamaan pada siswa. Fasilitas dalam menunjang kegiatan proses belajar-mengajar bidang studi PAI adalah, laboratorium agama lengkap dengan peralatan praktik, perpustakaan dengan buku-buku yang berhubungan dengan agama, dan slide atau OHP. Dengan fasilitas itu para siswa dapat belajar dengan aktif, kreatif, dan inovatif.
b. Siswa Memiliki Buku Lembar Kerja Siswa
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru mata pelajaran Al-Islam yaitu Yuliani Dewi S.Ag, Azizah S.Ag, Hj. Iswarita S.Pd.I dan Drs. Yesmanuddin menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar di dalam kelas baik di kelas satu sampai kelas tiga masing-masing siswa memiliki buku LKS. Hal ini mempermudah guru mata pelajaran Al-Islam dalam menjelaskan materi pelajaran kepada siswa
Guru selaku pendidik mampu menguasai materi pelajaran yang akan di ajarkan kepada anak didiknya. Di mana guru merupakan komponen pendidikan yang penting dan yang utama dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Dalam kaitan dengan pembelajaran Al-Islam, maka dalam proses belajar-mengajar dikatakan bahwa belajar-mengajar yang dilakukan guru adalah suatu peroses yang mengandung serangkaian perbuatan (interaksi yang dilakukan dalam proses belajar-mengajar) guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik yang dilakukan antara guru dan siswa di kelas adalah syarat yang paling utama, guna berlangsungnya proses belajar -mengajar yang kondusif.
Proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru di dalam kelas terkait dengan keterampilan guru dalam mengajar. Ini sangat dipengaruhi oleh banyaknya pengalaman guru selama mengajar, dari pengalaman selama mengajar yang diperoleh guru, maka guru mengetahui kekurangan atau kelemahannya dalam mengajar. Dengan demikian, guru yang mengetahui kelemahan dan kekurangan yang dimilikinya sehingga guru bisa mengubahnya, baik dari aspek tujuan pembelajaran, dan dalam menjelaskan bahan ajar, maupun metode yang digunakan.

2. Faktor Penghambat
Dalam proses belajar mengajar di dalam kelas, guru sangat banyak menghadapi kendala-kendala yang terjadi. Adapun yang menjadi penghambat guru dalam pelaksanaan penerapan metode pembelajaran mata pelajaran Al-Islam sebagai berikut:
a. Alokasi Waktu
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Al-Islam (Yuliani Dewi S.Ag dan Hj. Iswarita, S.Pd.I) yang mengajar di SMA Muhammadiyah 7 Palembang, mengatakan bahwa dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar Al-Islam di sekolah ini hanya di alokasikan waktu 2 jam pelajaran dalam seminggu. Sedikitnya jatah waktu yang tidak seimbang dengan banyaknya materi yang harus diberikan menjadi hambatan tersendiri bagi guru mata pelajaran Al-Islam dalam mengembangkan dan mengenalkan pendidikan agama pada peserta didik. Oleh karena itulah, materi pelajaran yang diberikan kepada peserta didik tidak tuntas .
Kemudian hal ini dikonfirmasikan dengan Dra. Nurmawati selaku kepala sekolah SMA Muhammadiyah 7 Palembang, yang mengatakan bahwa persoalan ini memang sudah lama dibicarakan dengan pihak terkait, yaitu Dinas Pendidikan tetapi sampai sekarang belum ada hasil yang memuaskan .
Sedikitnya alokasi waktu mata pelajaran Al-Islam yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat yakni hanya 2 jam pelajaran dalam satu minggu. Pelaksanaan proses belajar-mengajar Al-Islam di SMA Muhamaadiyah 7 Palembang hanya dialokasikan waktu 2 jam pelajaran dalam seminggu. Sedikitnya jatah waktu yang tidak seimbang dengan banyaknya materi yang harus diberikan menjadi hambatan tersendiri bagi guru mata pelajaran Al-Islam dalam mengembangkan dan mengenalkan pendidikan agama pada peserta didik.
Oleh karena itulah, materi pelajaran yang diberikan kepada peserta didik tidak tuntas. Berdasarkan paparan di atas, dapat dipahami bahwa cakupan bahan dalam KTSP mata pelajaran Al-Islam terlalu luas dan tidak sebanding dengan alokasi waktu tatap muka yang hanya 2 jam pelajaran (2x45 menit) perminggu.
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran Al-Islam yang 2 jam pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Mengingat banyaknya jumlah kompetensi dasar mata pelajaran Al-Islam dalam satu semester, maka tidak semua kompetensi dasar membutuhkan alokasi waktu dalam tiap tatap muka, tetapi berupa pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan paparan di atas, dapat dipahami bahwa cakupan bahan dalam kurikulum mata pelajaran Al-Islam terlalu luas dan tidak sebanding dengan alokasi waktu tatap muka yang hanya 2 jam pelajaran (2x45 menit) perminggu. Dalam kondisi seperti inilah dibutuhkan kehadiran sosok guru yang memiliki sikap proaktif. Sikap proaktif yang dimaksudkan adalah bahwa seseorang mampu keluar dari struktur, kondisi dan aturan yang ada dengan berusaha mencari jalan baru.
Guru yang proaktif akan berusaha untuk melakukan hal-hal yang baru seperti mendudukkan silabus sebagai pedoman awal saja, bukan pedoman yang baku sehingga berpengaruh pada keberanian guru agama untuk melakukan analisis bahan, tugas, dan jenjang belajar secara kontekstual. Guru akan berusaha melakukan pemilihan bahan pelajaran, mana yang perlu diberikan di dalam kelas atau sekolah lewat kegiatan intra dan ekstra kurikuler, dan mana pula yang perlu dilakukan di luar sekolah untuk diserahkan kepada keluarga/masyarakat melalui pembinaan secara terpadu.
Dengan adanya sikap proaktif guru, maka keberadaan alokasi waktu bagi mata pelajaran Al-Islam yang di ajarkan di SMA Muhammadiyah 7 Palembang yang hanya 2 jam perminggu untuk proses belajar-mengajar di dalam kelas dengan bahan kurikulum yang begitu padat tidak akan menjadi masalah/hambatan yang begitu serius bagi guru mata pelajaran Al-Islam.
b. Kondisi Kelas
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Yuliani Dewi S.Ag selaku guru mata pelajaran Al-Islam, yang menyatakan bahwa banyaknya siswa dalam satu kelas tentunya merupakan hambatan bagi mereka dalam mengelola kelas, apalagi siswa SMA Muhammadiyah 7 berjumlah 666 orang. Dalam hal ini rata-rata jumlah siswa berkisar 40 setiap kelas, jika dibandingkan dengan tenaga pengajar tentunya tidak sesuai. Oleh karena itu, dalam proses belajar-mengajar didalam kelas sangat tidak mendukung .
Hal senada juga dikemukakan oleh Azizah, S.Ag bahwa memang benar tidak seimbangnya jumlah guru mata pelajaran Al-Islam yang mengajar di SMA Muhammadiyah 7 Palembang merupakan kendala yang sangat mendasar dalam pelaksanaan metode pembelajaran mata pelajaran Al-Islam. Tenaga pengajar mata pelajaran Al-Islam hanya berjumlah 4 orang, sedangkan siswa berjumlah 666 orang yang dikelompokkan menjadi 15 kelas .
Menurut Drs. Yesmanuddin, yang menyatakan bahwa banyaknya jumlah siswa dalam setiap kelompok belajar akan menimbulkan kesulitan dalam proses pembelajaran terutama dalam pengelolaan kelas . Hal ini dibenarkan juga oleh Hj. Iswarita, S.Pd.I bahwa rata-rata jumlah siswa berkisar antara 40 setiap kelas. Kondisi ini akan mengakibatkan kesulitan guru mata pelajaran Al-Islam dalam melakukan pengontrolan terhadap peserta didik . Dengan demikian, terlihat bahwa adanya ketidakseimbangan antara jumlah guru mata pelajaran Al-Islam dengan jumlah siswa yang mengikuti proses belajar-mengajar di dalam kelas.
Banyaknya siswa dalam satu kelas tentunya merupakan hambatan bagi guru mata pelajaran Al-Islam dalam mengelola kelas. Dalam hal ini rata-rata jumlah siswa berkisar 40 setiap kelas, jika dibandingkan dengan tenaga pengajar tentunya tidak sesuai. Oleh karena itu, dalam proses belajar-mengajar di kelas sangat tidak mendukung.
Kondisi ini akan mengakibatkan kesulitan guru mata pelajaran Al-Islam dalam melakukan pengontrolan terhadap peserta didik. Dengan demikian, terlihat bahwa adanya ketidakseimbangan antara jumlah guru mata pelajaran Al-Islam dengan jumlah siswa yang mengikuti proses belajar-mengajar di dalam kelas. Sebagai seorang guru dituntut untuk mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik adalah tugas profesional guru. Guru harus mengarahkan efektivitas proses pembelajaran dengan jalan merencanakan dan mengorganisasikannya.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan metode pembelajaran mata pelajaran Al-Islam di SMA Muhammadiyah 7 dilihat dari segi guru mata pelajaran Al-Islam adanya ketidak seimbangan jumlah guru dengan murid. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan metode pembelajaran mata pelajaran Al-Islam disekolah itu.
c. Situasi kelas
Berdasarkan hasil wawancara penulis di lapangan di peroleh bahwa kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran Al-Islam, hal ini tentunya berdampak buruk pada proses belajar mengajar di dalam kelas yang sedang berlangsung.
Yuliana Dewi, S.Ag menyatakan bahwa jadwal mengajar mata pelajaran Al-Islam yang di berikan pada jam terakhir yaitu jam ke 5, 6, 7 dan 8. Dalam proses belajar mengajar di dalam kelas untuk mengajarkan materi kepada anak didik tentunya berpengaruh karena pada saat jam tersebut suasana kelas yang panas dan mengantuk sehingga mengakibatkan siswa kurang memiliki motivasi dalam mengikuti mata pelajaran Al-Islam yang disajikan oleh guru .
Dari paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa mata pelajaran Al-Islam yang disajikan pada saat jam terakhir menyebabkan para siswa dalam menerima materi dan mengikuti proses belajar mengajar tidak terlalu memperhatikan guru yang mengajarkan didepan mereka karena para siswa merasa panas dan mengantuk.

BAB III

BAB III
GAMBARAN UMUM SMA MUHAMMADIYAH 7 PALEMBANG

A. Sejarah dan Perkembangan SMA Muhammadiyah 7 Palembang
Muhammadiyah 7 Palembang berdiri Berdasarkan surat pengurus yayasan perguruan Muhammadiyah Palembang nomor E-6/290/1989 tanggal 28 Desember 1989 SMA Muhammadiyah 7 Palembang berdiri dengan nama SMA Muhammadiyah putri dibawah yayasan pimpinan wilayah Aisiyah Sumatra Selatan bagian P dan K dengan kepala sekolah bapak Moebakir. Sekilas berjalan beberapa tahun ternyata SMA Muhammadiyah putri kurang diminati masyarakat karena siswanya putri semua.
Berdasarkan anjuran dari pimpinan wilayah Aisyiyah propinsi Sumatra Selatan bagian P dan K serta saran dari majlis pendidikan dasar dan menengah Muhammadiyah kota Palembang terhitung mulai tanggal 1 Agustus 1994 nama SMA Muhammadiyah putri Palembang diubah menjadi SMA Muhammadiyah 7 Palembang bapak Moebakir pulang ke Rahmatullah saat menunaikan haji ke tanah suci. Sepeninggal Almarhum bapak Moebakir SMA Muhammadiyah 7 dipimpin oleh ibu Dra. Siti Suartini selaku waka kurikulum ±1 tahun. Berdasarkan SK PWA bagian P dan K No. 016/PWA D/IX/1996 terhitung tanggal 1 Oktober 1996 SMA Muhammadiyah 17 dipimpin oleh bapak Drs. Soekarno. YS selaku kepala sekolah sampai dengan 07 Februari 2001 dan berdasarakan SK PWM Sumatera Selatan 008/KEP/II.0/D/2009 Tanggal 20 April 2009 saat ini SMA Muhammadiyah 7 di pimpin oleh Ibu Dra. Nurmawati
Perubahan nomor klatur sekolah dilakukan setelah turun surat keputusan majelis Dikdasmen pimpinan wilayah Muhammadiyah Sumatra Selatan tentang pemantapan dan penyempurnan nomer urut sekolah Muhammadiyah dalam wilayah Sumatra Selatan maka SMA Muhammadiyah 7 terhitung tanggal 14 Juli 1997 berubah nama menjadi SMA Muhammadiyah 7 Palembang. Tahun ajaran 2009/2010 mempunyai siswa 670 orang
Demikian sejarah singkat SMA Muhammadiyah 7 Palembang dibuat semoga hari-hari mendatang sekolah ini bisa berjalan dengan tertib, lancar serta aman dan tambah maju dapat membantu pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

B. Visi dan Misi
Visi
Unggul dalam prestasi akademik dan non akademik dengan bernuansa islami yang beriman, bertaqwa, beriman dan berakhlak mulia.
Misi
 Menjadi sekolah yang mempunyai ciri khas dengan mengembangkan dan mengamalkan ajaran islam
 Menjadi sekolah islami yang berkualitas dan memotivasi siswa untuk meraih Prestasi di bidang akademik, agama, bahasa, olah raga, seni dan karya ilmiah. Menumbuhkan kedisiplinan yang tinggi dengan mengaktifkan baca tulis Al-Qur’an dan ibadah sholat di rumah dan disekolah

C. Identitas SMA Muhammadiyah 7 Palembang
Adapun identitas Muhammadiyah 7 Palembang adalah sebagai berikut:
1. Keadaan Yayasan
a. Nama Penyelenggara : PIMPINAN AISYIYAH WILAYAH SUMATERA SELATAN
b. Alamat Penyelenggara : JL. Balayuda KM. 4,5 Palembang
c. Nama Ketua Penyelenggara : Hj. Zuammah, BA
d. Telp/ Hp : 0711-445309
2. Keadaan Sekolah
a. Nama sekolah : SMA Muhammadiyah
b. NDS : K 09024601
c. NIS : -
d. NSS : 30411600137
e. SK izin pendirian nomor : 322/1.11/F/1990
f. Akreditasi Tahun : September 2007
g. Nilai Akreditasi : B
h. Alamat Sekolah
a) Jalan : Balayuda
b) Kecamatan : Kemuning
c) Kab/ Kota : Palembang
d) Telp/Hp : 0711 – 7080407
i. Pelaksanaan belajar : Pagi
j. Sekolah Induk : -
3.. Keadaan Sarana
a. Status gedung : Milik Sendiri
b. Jumlah Ruang Belajar : 15 Ruang
c. Laboratorium : 1 Ruang
d. Perpustakaan : -
e. BP / BK : 1 Ruang
f. OSIS : -
g. UKS : -







D. Keadaan Siswa, Guru, Pegawai dan Pendidikan Guru
a. Keadaan siswa Muhammadiyah 7 Palembang
Dalam proses pembelajaran, siswa memegang peranan yang sangat penting, dimana siswa memegang peran sebagai subjek sekaligus sebagai objek dari proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil penelitian jumlah keseluruhan siswa pada tahun ajaran 2009-2010 berjumlah 668 siswa terdiri dari 280 siswa laki-laki dan 388 siswa perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL. 1
KEADAAN SISWA
No. Kelas Jenis kelamin Jumlah
Perempuan Laki-laki
1. X 129 116 245
2. XI IPA 34 6 40
3. XI IPS 97 86 183
4. XII IPA 34 5 39
5. XII IPS 94 65 159
Total 666
Sumber: Dokumentasi Muhammadiyah 7 Palembang 2009-2010


b. Keadaan Guru
Guru merupakan sosok yang memegang peranan penting dalam membentuk dan mengubah prilaku anak didik. Oleh karena itu guru tidak saja bertugas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan tapi juga sekaligus sebagai pembina sikap dan mental anak didik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL. 2
KEADAAN GURU
No. Status Jenis kelamin Jumlah
Perempuan Laki-laki
1. PNS/DPK 4 - 4
2. Tetap Yayasan 1 - 1
3. GTT 25 24 49
Total 54
Sumber: Dokumentasi Muhammadiyah 7 Palembang 2009-2010






c. Data Pendidikan Guru
TABEL. 3
DATA PENDIDIKAN GURU
No Ijazah Tertinggi Jurusan / Program Jumlah
1 SMA 2 2
2 PGSLTP 2 2
3 Sarmud / D.III / B.I 3 3
4 Sarjana / S.I / B.2 47 47
Jumlah Seluruh 54
Sumber: Dokumentasi Muhammadiyah 7 Palembang 2009-2010
4. Ketenagaan
a. Tenaga kerja Edukatif
SMA Muhammadiyahy 7 saat ini telah memiliki 54 orang guru yang terdiri dari 26 orang laki-laki dan 28 orang perempuan. Dari jumlah tersebut diatas 1 orang guru yayasan dan 3 orang guru Pegawai Negeri Sipil Dipekerjakan dari Departement Pendidikan Nasional.



b. Tenaga Kerja Administrasi
SMA Muhammadiyah Palembang mempunyai 7 orang tenaga administrasi yaitu:
1. Sri Wijayati, SE
2. Erlina, SE
3. Yusuf Antoni Pohan
4. Merry Srihandayani
5. Ichsan sebagai penjaga keamanan
6. Mariyam sebagai penjaga sekolah
7. Eko Purnomo sebagai penjaga sekolah

E. Sarana dan prasarana
Sarana prasarana merupakan hal yang sangat penting bagi kelancaran suatu proses belajar mengajar di sekolah. Adapun sarana dan prasarana yang ada di SMA Muhammadiyah 7 Palembang adalah sebagai berikut:
1. Tanah dan bangunan
Luas tanah SMA Muhammadiyah 7 Palembang adalah 240 M² di atas tanah tersebut terdiri dari:
a. Ruang Belajar 15 lokal
b. Ruang Kepala Sekolah 1 lokal
c. Ruang Tata Usaha 1 lokal
d. Ruang Guru 1 lokal
e. Ruang Perpustakaan 1 lokal
f. Ruang Laboratium/ UKS 1 lokal
g. Ruang BP 1 lokal
h. Ruang Osis 1 lokal
i. Ruang Gudang 1 lokal
j. WC Guru 1 lokal
k. WC Murid 6 lokal
l. Kantin 1 lokal
Jumlah 28 lokal
2. Fasilitas Orahraga
Fasilitas yang dapat mendukung kegiatan orahraga di SMA Muhammadiyah 7 Palembang adalah:
1. Lapangan Volley
2. Lapangan tenis meja
3. Lapangan basket
4. Bak lompat jauh
5. Lompat tinggi
3. Perabot dan Meubiller
a. Meja kepala sekolah 10 buah
b. Kursi kepala sekolah, TU dan Guru 50 buah
c. Meja dan kursi tamu 1 set
d. Lemari kantor 5 buah
e. Meja siswa 350 buah
f. Kursi siswa 650 buah
g. Papan Tulis 12 buah
h. Komputer 1 unit
i. Mesin tik TU 2 buah
j. Alat peraga 15 buah
k. Alat olahraga 20 buah
l. Alat peraktek laboratium 100 buah
m. Buku paket 1200 buah
n. Buku perpustakaan 350 buah
o. Majalah 150 buah
p. Alat Marching Band 101 buah
q. Koran berlangganan Sumex dan Sripo
4. Laboratium IPA (Kimia, Fisika, Biologi)
Sama halnya dengan fasiltas olahraga, laboratium pun secara bertahap dilengkapi sarannya dalam rangka pemahaman materi pelajaran IPA.




5. Perpustakaan, BP, UKS dan OSIS
Perpustakaan SMA muhammadiyah 7 Palembang memiliki buku mata pelajaran sumbangan dari Kepala Departement Pendidikan Nasional, buku lain yang bersifat menunjang pelajaran. Ruang BP, UKS dan OSIS tersedia dan sudah berfungsi sebagaimana mestinya.

F. Sumber Dana
Dalam pengelolaan SMA Muhammdaiyah 7 Palembang dan yang diperlukan berasal dari:
1. Bantuan dari Yayasan Aisyiyah Sumatra Selatan
2. SPP siswa.
3. Dana pendidikan
4. Beasiswa dari pemerintah

BAB II

BAB II
METODOLOGI PEMBELAJARAN AL-ISLAM

A. Pengertian Metode
Metode merupakan komponen yang perlu diperhatikan oleh para pendidik. Karena metode pembelajaran apabila kurang tepat dalam penggunaannya akan menjadi penghalang bagi kelancaran jalannya proses belajar sehingga banyak tenaga dan waktu yang terbuang sia-sia. Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani yakni “metha” dan “hodos”. “metha” artinya “melalui” dan “hodos” berarti “cara”. Dalam kamus bahasa Indonesia metode adalah cara yang telah teratur dan terfikir dengan baik untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Zakiyah Daradjat dalam bukunya Metodologi Pengajaran Agama Islam. Metode adalah suatu teknik penyampaian bahan pelajaran kepada murid yang dimaksud agar murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna oleh anak dengan baik
Menurut Pasaribu bahwa “metode merupakan bagian dari tingkah laku guru. Itulah sebabnya metode menunjukkan suatu pola tingkah laku yang terintegrasi, yang relevan dengan tujuan yang dikehendaki.”
Menurut Zuhairimi dalam bukunya Metodik Khusus Pendidikan Agama, Metode adalah segala usaha yang sistematika dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan dengan melalui berbagai aktifitas baik di dalam maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah
Dapat disimpulkan bahwa metode merupakan cara guru, suatu teknik dan usaha seorang guru yang telah teratur dan terfikir dengan baik dalam suatu pembelajaran. Sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
B. Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode Mengajar
Kegiatan belajar mengajar sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak didik ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik di kelas. Bahan pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberikan dorongan (motivasi) kepada anak didik bila penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Karena itu, dapat dipahami bahwa metode adalah salah satu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan metode sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di kelas.
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang percuma hanya karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas serta situasi kelas.
Karena itu, efektifitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran sebagai persiapan tertulis.
Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pengajaran. Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran.
Metode pembelajaran perlu disesuaikan dengan berbagai faktor antara lain :

a. Berpedoman pada tujuan
Tujuan adalah keinginan yang hendak dicapai dalam setiap kegiatan interaksi edukatif. Tujuan mampu memberikan garis yang jelas dan pasti kemana kegiatan interaksi akan dibawa. Tujuan dapat memberikan pedoman yang jelas bagi guru dalam mempersiapkan sesuatunya dalam rangka pengajaran, termasuk pemilihan metode mengajar. Masing-masing mata pelajaran memiliki tujuan yang berbeda Sesuai dengan jenis, sifat maupun isi mata pelajaran masing-masing
Metode mengajar yang guru pilih tidak boleh dipertentangkan dengan tujuan yang telah dirumuskan, tapi metode mengajar yang dipilih harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif berproses guna mencapai tujuannya. Ketidakjelasan perumusan tujuan akan menjadi kendala dalam pemilihan metode mengajar. Jadi kejelasan dan kepastian dalam perumusan tujuan memudahkan bagi guru memilih metode mengajar.
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar dibawa. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat guru akan mencapai tujuan pembelajaran. Dengan tujuan pembelajaran yang jelas dan tepat akan membantu dalam merencanakan kegiatan pembelajaran salah satunya dapat membantu pemilihan metode belajar mengajar.
Jadi, guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.
b. Perbedaan individual anak didik
Perbedaan individual anak didik perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar. Aspek-aspek perbedaan anak didik yang perlu dipegang adalah aspek biologis, intelektual dan psikologis. Setiap anak memiliki bakat yang berlainan dan mempunyai kecepatan belajar yang bervariasi. Setiap anak memiliki tipe tanggapan yang berbeda seperti tipe penglihatan (visual), tipe pendengaran (auditif), tipe perabaan (taktil), tipe gerakan (motorik), dan tipe campuran. Kecocokan suatu metode sebenarnya relatif, ada peserta didik yang lebih senang terhadap pembelajaran yang disajikan dengan metode diskusi dan lain sebagainya. Karena itu, dalam suatu peristiwa pengajaran seyogyanya menggunakan metode yang bervariasi hingga tidak menimbulkan kejenuhan.
Guru yang efektif perlu memahami pertumbuhan dan perkembangan anak siswa secara komprehensif. Pemahaman ini akan memudahkan guru untuk menilai kebutuhan murid dan merencanakan tujuan, bahan, prosedur belajar mengajar dengan tepat.
Apabila dalam kegiatan interaksi edukatif terdapat keterlibatan intelek-emosional anak didik, biasanya intensitas keaktifan dan motivasi akan meningkat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif.
Menurut Sardiman yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
Jika bahan pelajaran disajikan secara menarik besar kemungkinan motivasi belajar anak didik akan semakin meningkat. Motivasi berkaitan erat dengan emosi, minat, dan kebutuhan anak didik. Motivasi ada dua macam, yaitu motivasi yang datang dari dalam anak didik, disebut motivasi intrinsik dan motivasi yang diakibatkan dari luar diri anak didik, disebut motivasi ekstrinsik. Motivasi dari dalam dapat dilakukan dengan mendorong rasa ingin tahu, keinginan mencoba dan sikap mandiri anak didik.
Kecocokan suatu metode sebenarnya relatif, ada peserta didik yang lebih senang terhadap pembelajaran yang disajikan dengan metode diskusi dan lain sebagainya. Karena itu, dalam suatu peristiwa pengajaran seyogyanya menggunakan metode yang bervariasi hingga tidak menimbulkan kejenuhan.


c. Kemampuan Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian dan kemampuan yang berbeda-beda. Seorang guru misalnya kurang bisa berbicara, tetapi seorang guru yang lain suka berbicara. Seorang guru yang bertitel sarjana pendidikan dan keguruan, berbeda dengan guru yang sarjana bukan pendidikan seseorang dengan latar belakang pendidikan bukan keguruan.
Seorang guru yang pandai menyampaikan sesuatu dengan lisan, disertai mimik, gerak lagu dan tekanan suara akan lebih berhasil dari pada guru lain karena pembawaannya dia tidak pandai berbicara dan berakting di muka kelas. Seorang guru dengan latar belakang pendidikan keguruan akan lain kemampuannya bila dibandingkan dan kemampuan guru yang berpengalaman tentu lebih berkualitas dibandingkan yang kurang berpengalaman dalam pendidikan dan pengajaran.
Maka dari itu seorang guru haruslah menguasai betul-betul suatu metode pembelajaran. ketidakmampuan seorang guru dalam penggunaan suatu metode pada waktu mengadakan interaksi pembelajaran akan berakibat banyak kegagalan bahkan ditertawakan peserta didik.
Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa kepribadian, latar belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar adalah permasalahan intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
Menurut Roestiyah N.K. yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
d. Bahan Pengajaran
Setiap mata pelajaran mempunyai sifat masing-masing. Paling tidak sifat pelajaran ini adalah mudah, sedang dan sukar. Ketiga sifat ini tidak bisa diabaikan begitu saja dalam mempertimbangkan pemilihan metode mengajar. Untuk metode tertentu barangkali cocok untuk mata pelajaran tertentu, tetapi belum tentu pas untuk mata pelajaran lain adalah penting mengenal sifat mata pelajaran sebelum pemilihan metode dilaksanakan.
e. Situasi Pembelajaran
Situasi kelas adalah sisi lain yang patut diperhatikan dan dipertimbangkan guru ketika akan melakukan pilihan terhadap metode mengajar. Suasana dan situasi kelas yang berkaitan dengan semangat belajar mengajar, cuaca, keadaan lingkungan, sekolah dan sebagainya. Perlu dipertimbangkan secara cermat untuk guru yang menghendaki suatu metode pembelajaran
Perbedaan situasi dan kondisi di mana pendidikan berlangsung dengan pengertian bahwa disamping perbedaan jenis lembaga pendidikan (sekolah) masing-masing. Juga letak geografis dan perbedaan sosial kultur ikut menentukan metode yang dipakai guru.
f. Fasilitas yang tersedia
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi pemilhan metode mengajar.
Penggunaan metode perlu cukup fasilitas. Fasilitas yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik metode mengajar yang akan dipergunakan. Ada metode tertentu yang tidak dapat dipakai, karena ketiadaan fasilitas belajar yang lengkap. Adanya suatu fasilitas yang lengkap sangat membantu guru untuk melaksanakan pengajaran dalam kelas
g. Kelebihan dan kekurangan metode
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dua sisi ini perlu diperhatikan oleh guru. Metode yang tepat untuk pengajaran tergantung dari kecermatan guru dalam memilihnya. Pemilihan yang terbaik adalah mencari titik kelemahan suatu metode untuk kemudian dicarikan metode yang dapat menutupi kelemahan metode tersebut.
Kegagalan guru mencapai tujuan pembelajaran akan terjadi jika pemilihan dan penentuan metode tidak dilakukan dengan pengenalan karakteristik dari masing-masing metode pengajaran. Karena itu, yang terbaik guru lakukan adalah mengetahui kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode pengajaran.

C. Metode Ceramah
1. Pengertian Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai. Adapun menurut M. Basyiruddin Usman yang dimaksud dengan metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim disampaikan oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru bilamana diperlukan .
Pengertian senada juga diungkapkan oleh Mahfuz Sholahuddin dkk., bahwa metode ceramah adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran secara lisan oleh guru di depan kelas atau kelompok
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara belajar mengajar yang menekankan pada pemberitahuan satu arah dari pengajar kepada pelajar (pengajar aktif, pelajar pasif)
Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran kepada siswa secara lisan.
Adapun gambaran penggunaan metode ini dikemukakan Zakiyah Daradjat dalam bukunya Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam bahwa dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar ceramah semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan.
2. Tujuan Penggunaan Metode Ceramah
Penggunaan metode ceramah memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan penggunaan metode ceramah adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengarahkan siswa memperoleh pemahaman yang jelas tentang masalah yang dihadapi
b. Untuk membantu siswa memahami generalisasi, rules, prinsip berdasar penalaran dan objektivitas
c. Untuk melibatkan siswa dalam berfikir melalui pemecahan masalah
d. Memperoleh umpan balik dari siswa tentang kualitas pemahamannya dan mengatasi kesalahpahaman
e. Untuk membantu siswa dalam apresiasi dan memproses penalaran serta penggunaan bukti dalam memecahkan keraguan.
3. Keterampilan Dasar Berceramah
a. Komponen kejelasan
Bahasa yang digunakan guru harus lugas, sederhana dan tepat. Pengungkapan pernyataan-pernyataannya dari berbagai seginya. Baik dari segi pilihan kata, pengucapan maupun volume dan intonasi suara (prosodi) hendaknya tepat. Pilihan katanya perlu disesuaikan dengan perkembangan bahasa dan kemampuan nalar siswa. Kelancaran dalam pengungkapan pernyataan sangat dibutuhkan untuk memudahkan siswadalam menangkap keutuhan yang diceramahkan. Kalimat-kalimat yang dipakai sebaiknya menggunakan kata dan istilah yang lugas. Penggunaan kalimat yang tidak logis dan tidak gramatikal perlu dihindari. Demikian pula gunakan struktur kalimat yang sederhana dan menghindari sedapat mungkin penggunaan kalimat kompleks.
Struktur penyampaian bahan ceramah merupakan bagian yang tak kalah pentingnya, agar pesan yang disampaikan dapat dipahami anak dengan baik. Penyaji dapat menggunakan berbagai pilihan struktur penyampaian dengan mempertimbangkan tertentu yang matang. Struktur penyajian dapat berupa: (1) bertolak dari yang mudah ke yang sukar (2) bertolak dengan yang cekat dengan anak (3) penyajian secara induktif, (4) penyajian secara deduktif, (5) berangkat dari bahan yang memprasyarati untuk memahami konsep di atasnya yang lebih tinggi, (6) bertolak dari konsep kongkrit ke yang abstrak
b. Penggunaan contoh
Pemahaman siswa tentang konsep yang tidak lazim dan sulit dapat ditingkatkan dengan menghubungkan konsep itu dengan situasi-situasi yang dialami siswa. Menggunakan bermacam contoh: padanan-padanan verbal sederhana, diagram, sketsa, gambar, benda, model, media audio visual dan sebagainya
c. Penggunaan penekanan
Selama memberikan penjelasan guru harus memusatkan perhatian siswa pada rincian-rincian masalah yang esensial. Misalnya: engan menggunakan tanda-tanda verbal yang penting: “pertama”, “utamanya”, “penting”, “vital”, “dengarkan baik-baik”, “jangan lupa”, “kesimpulan pokok adalah…”

d. Pemberian umpan balik
Guru harus memberikan kesempatan pada siswa untuk menunjukkan pemahamannya atau memberi penjelasan hal yang membingungkan siswa. Hal ini dapat dilakukan guru dengan memberi kesempatan siswa bertanya atau menjawab pertanyaan guru

4. Pengefektifan metode ceramah
Agar bisa efektif, guru harus terlebih dahulu membangkitkan minat, memaksimalkan pemahaman dan pengingatan, melibatkan siswa selama penceramahan, dan menekankan kembali apa yang telah disajikan. Berikut adalah pilihan untuk melakukan hal itu.
Membangkitkan minat
1. Paparkan kisah atau tayangan menarik: Sajikan anekdot yang relevan, kisah fiksi, kartun, atau gambar grafis yang menarik perhatian siswa terhadap apa yang akan Anda ajarkan
2. Ajukan soal cerita: Ajukan soal yang nantinya akan menjadi bahan sajian dalam ceramah pengajaran.
3. Pertanyaan penguji: Ajukan pertanyaan kepada siswa (sekalipun mereka baru sedikit memiliki pengetahuan tentang mata pelajaran) agar mereka termotivasi untuk mendengarkan ceramah Anda dalam rangka mendapatkan jawabannya.
Memaksimalkan pemahaman dan pengingatan
4. Headline/kepala berita: Susunlah kembali poin-poin utama dalam ceramah menjadi kata - kata kunci yang berfungsi subjudul verbal atau bantuan mengingat.
5. Contoh dan analogi : berikan gambaran nyata tentang gagasan dalam penceramahan dan jika memungkinkan buatlah perbandingan antara materi Anda dengan pengetahuan dan pengalaman yang siswa miliki.
6. Cadangan visual: Gunakan grafik lipat, transparansi, buku pegangan dan peragaan yang memungkinkan siswa melihat dan mendengar apa yang Anda katakan.
Melibatkan Siswa selama Penceramahan
7. Tantangan kecil: Lakukan interupsi ceramah secara berkala dan tantanglah siswa untuk memberikan contoh tentang konsep-konsep yang telah disajikan selama ini atau untuk menjawab pertanyaan kuis ringan.
8. Latihan yang memperjelas : Selama menyajikan materi selingilah dengan kegiatan yang memperjelas hal-hal yang Anda sampaikan.
Memperkuat apa yang telah disampaikan
9. Soal penerapan: Ajukan masalah atau pertanyaan untuk dipecahkan oleh siswa berdasarkan informasi yang disampaikan selama pengajaran.
10. Tinjauan siswa: Perintahkan siswa untuk meninjau isi dari penyampaian pelajaran kepada siswa, atau berilah mereka tes penilaian-diri.
5. Struktur penyajian atau prosedur ceramah
Teknik-teknik penyajian ceramah secara prosedural dapat dilakukan dengan tekhnik berikut:
a. Memperkenalkan topik ceramah
b. Membuka ceramah dengan memperkenalkan bahan pengait
c. Sebutkan tujuan pembelajaran secara singkat tetapi jelas bagi siswa
d. Sebutkan garis besar materi ceramah dalam bentuk-bentuk ide-ide pokok atau topik ini
e. Ceramahkan topik inti secara berurutan mulai pertama dan selanjutnya dengan selalu mengaitkan dengan bahan pengait yang relevan. Jelaskan rincian masing-masing materi dengan disertai contoh dan ilustrasidan alat bantu untuk topic-topik yang memerlukan
f. Susunlah rangkuman atau ringkasan tiap-tiap sajian topic inti yang baru dan jangan lupa pertanyaan atau pemberian kesempatan bertanya untuk siswa sebagai masukan guru
g. Gunakan teknik membuka yang benar tiap-tiap akan memulai topik inti yang baru dan diakhiri dengan rangkuman dan pertanyaan
h. Rangkuman menyeluruh setelah akhir ceramah sangat diperlukan untuk mambulatkan pemahaman anak terhadap bahan ceamah secara menyeluruh
Moedjiono Dkk (1986) menyebutkan persiapan ceramah menyangkut penulisan bahan ceramah, penggunaan alat bantu dan pengorganisasian kelas. Berkenaan dengan itu, persiapan ceramah meliputi hal-hal berikut:
a. Persiapkan secara cermat segala sesuatu yang diperlukan untuk mendukung keefektifan penggunaan ceramah.
b. Siapkan bahan pengait untuk memulai ceramah
c. Tuliskan ide-ide pokok dengan tebal sebagai topik inti
d. Hubungkan tiap-tiap ide pokok dengan bahan pengait
e. Susunlah contoh dan ilustrasi untuk masing-masing satuan sajian
f. Urutkan ide-ide pokok secara logis dan sistematis
g. Berilah tanda bagi ide pokok yang penyajiannya membutuhkan alat bantu
h. Berikan tanda pada bagian sajian yang kiranya dapat digunakan untuk memancing partisipasi siswa
i. Kembangkan simpulan secara ringkas point-point dan hubungkan dengan bahan pengait

j. Susunan fisik kelas perlu diperhatikan agar setiap anak dapat mendengar dan melihat guru dengan baik
6. Pengelolaan perhatian anak
Gage dan Berliner (1984: 473-477) menyebutkan untuk menjaga perhatian anak terhadap ceramah guru dapat menggunakan berbagai teknik diantaranya adalah sebagai Berliner (1984 : 473)
a. Variasi stimulus. Gage dan berliner (1984 : 473) menyebutkan variasi stimulus mempunyai pengaruh terhadap motivasi. Macam variasi stimulus yang dapat dipadukan dalam berceramah mencakup variasi nada dan tekanan suara struktur gramatikal (panjang pendeknya kalimat). Roshensine (1971) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa variasi bentuk gerakan dan gestural berkorelasi positif dengan prestasi siswa. Hal ini diperkuat pula oleh wyckoff (1973) yang juga menyebutkan bahwa variasi stimulus berkorelasi secara linier dengan prestasi anak (gage dan berlinier, 1984 : 473 )
b. Perubahan saluran komunikasi. Bentuk lain untuk mempertahankan perhatian anak dalam mengikuti ceramah dengan menggunakan memadukan ceramah dengan variasi saluran komunikasi. Hal ini dapat dilakukan guru dengan memanfaatkan media seperti slide, grafik, gambar, papan tulis, ohp dan media visual yang lain. Dengan mengubah saluran komunikasi dan penuluran lisan kepenggunaan media visual dapat menjaga perhatian anak. Dalam hasil penelitian stevenson dan sigel (1969) menunjukkan bahwa perhatian siswa relatif tinggi terhadap informasi visual dari pada informasi audio (gage dan berliner, 1984: 474)
c. Penggunaan humor yang diintegrasikan dalam penyampaian bahan ceramah dapat menjaga perhatian anak. Namun yang diingat dalam penggunaannya guru perlu membatasinya agar humor yang digunakan guru tidak menenggelamkan pemerolehan makna dari materi yang diceramahkan. Humor berfungsi untuk mempertahankan perhatian. Oleh karena itu, apabila perhatian anak telah terpusat pada guru, maka penyampaian materi pokok segera dilanjutkan. Disamping itu, penggunaan humor berfungsi untuk selingan agar siswa tidak mudah bosan dengan ceramah guru. Jadi penggunaan humor bukan tujuan utama, melainkan alat yang dapat dipakai guru untuk mempertahankan dan memperbarui perhatian anak terhadap penyajian materi pembelajaran.
d. Menunjukkkan antusiasme. Hasil penelitian rosenshine (1971) menunjukkan bahwa antusiasme guru dalam berceramah berkorelasi sekitar 0,37-0,58 dengan pencapaian prestasi belajar anak (gage dan berliner 1984:475) antusiasme guru dalam penyampaian bahan ceramah dapat mendorong motivasi anak. Guru yang memperlihatkan antusiasme yang tinggi dalam berceramah menjadikan ceramah menjadi lebih dinamis dan hidup. Berbeda dengan guru yang tidak antusias dalam berceramah. Siswa dapat mengingat lebih banyak materi yang disajikan secara dinamis dari pada materi yang disajikan secara statis ( coats dan smidchen dalam gage dan bberliner ).
e. Penggunaan pertanyaan untuk selingan ceramah dapat memancing respon anak. Sehingga dengan selingan pertanyaan dapat meningkatkan perhatian.
Tantangan terbesar dalam pembelajaran dengan metode ceramah adalah menjaga perhatian anak. Guru memerlukan teknik-teknik khusus dalam berceramah agar perhatian anak tetap terjaga untuk mempertahankan perhatian terhadap materi ceramah guru dapat memvariasikan gaya mengajarnya. Gaya mengajar yang dapat divariasikan meliputi berikut:
a. Variasi gerak dan perubahan posisi guru selama ceramah berlangsung. Guru selama berceramah perlu gerak dan mengubah-ubah posisi secara dinamis. Guru berceramah dengan diam di tempat cenderung membosankan anak sehingga dapat menurunkan perhatiannya.
b. Variasi suara guru untuk menghindari kemonotonan. Sauar guru yang monoton tidak menraik perhatian anak. Oleh karena itu suara guru dalam ceramah perlu divariasikan nada dan tekanannya agar tidak membosankan anak.
c. Menjaga kontak pandangan dengan anak secara merata, sehingga setiap anak merasa memperoleh perhatian
d. Penggunaan teknik diam sejenak manakala ada gejala anak meninggalkan perhatiannya terhadap ceramah yang disampaikan guru hilangnya perhatian anak biasanya ditandai dengan munculnya pembicaraan anak dengan teman dekatnya tentang hal-hal diluar materi yang diceramahkan guru. Untuk mengembalikan perhatian anak akibat kasus tersebut, guru dapat menggunakan teknik diam sejenak. Dengan teknik tersebut siswa memperbaharui perhatiannya kembali.
e. Penggunaan teknik gestural. Selama berceramah guru perlu memanfaatkan anggota tubuhnya seperti tangan, kepala dan tubuh untuk memvisualisasikan konsep-konsep tertentu yang sedang ceramahkan
f. Mengekspresikan mimik dengan ekspresi tertentu yang menggambarkan makna tertentu. Ekspresi mimik dapat digunakan pula untuk menggambarkan antusiasisme dan keyakinan guru terhadap materi yang diceramahkan
8. Ketepatan, kelebihan dan kekurangan metode ceramah
Menurut M. Basyiruddin Usman, metode ceramah layak digunakan guru dimuka kelas apabila:
a. Pesan yang akan disampaikan berupa fakta atau informasi;
b. Jumlah siswanya terlalu banyak;
c. Guru adalah seorang pembicara yang baik, berwibawa dan dapat merangsang siswa;

Metode ini tepat digunakan apabila :
a. Akan menyampaikan bahan atau materi kepada orang banyak
b. Penceramahnya orang pembicara yang baik dan berwibawa
c. Tidak ada waktu berdiskusi dan bahan pelajaran yang akan disampaikan terlalu banyak.

Kelebihan metode ceramah :
a. Guru mudah menguasai kelas
b. Mudah dilaksanakan
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar
d. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar

Kekurangan metode ceramah :
a. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
b. Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap audifnya dapat lebih besar menerimanya
c. Bila terlalu lama membosankan
d. Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik
e. Meneyebabkan anak didik pasif

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut seorang guru harus mengusahakan hal-hal sebagai berikut:
a. Untuk menghilangkan kesalahpahaman siswa terhadap materi yang diberikan, hendaknya diberi penjelasan beserta keterangan-keterangan, gerak-gerik, dan contoh yang memadai dan bila perlu hendaknya menggunakan media yang refresentatif.
b. Selingilah metode ceramah dengan metode lainnya untuk menghilangkan kebosanan peserta didik.
c. Susunlah ceramah secara sistematis.
d. Mengulang kata atau istilah-istilah yang digunakan secara jelas, dapat membantu siswa yang kurang atau lambat kemampuan dan daya tangkapnya.
e. Carilah umpan balik sebanyak mungkin sewaktu ceramah berlangsung.
Suatu metode dalam pendidikan dimana dalam menyampaikan pengertian materi kepada anak didik dengan cara penerangan dan penuturan secara lisan. Metode-metode tertentu lebih serasi untuk memberikan informasi mengenai bahan pelajaran atau gagasan-gagasan baru atau untuk menguraikan dan menjelaskan susunan suatu bidang yang luas dan kompleks. Karenanya, didalam situasi-situasi tertentu guru tidak dapat meninggalkan metode ceramah atau pemberian kuliah maupun metode pemberian tugas kepada anak didik.
D. Praktik Penggunaan Metode Ceramah
Pengembangan metode bersifat kondisional dan situasional. Serta tergantung pada kemampuan guru dalam mengambil keputusan instruksional. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran kedudukannya tidak lebih dari sekedar rambu-rambu yang masih perlu dikembangkan oleh guru, sebab manajer yang baik itu tidak hanya didasarkan pada resep tentang metode, melainkan ditentukan oleh kemampuan guru membangun konsep pembelajaran yang kreatif dan dinamis.


Dalam praktiknya, metode mengajar tidak digunakan sendiri-sendiri tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar. Berikut akan dikemukakan kemungkinan kombinasi metode ceramah.
1. Metode mengajar Ceramah, Tanya Jawab, dan Tugas
Ceramah banyak segi yang kurang menguntungkan, maka penggunaannya harus didukung dengan alat dan media atau dengan metode lain. Karena itu, setelah guru memberikan ceramah, maka dipandang perlu untuk memberikan kesempatan kepada siswanya mengadakan tanya jawab. Tanya jawab ini diperlukan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap apa yang telah disampaikan guru melalui metode ceramah. Untuk lebih memantapkan penguasaan siswa terhadap bahan yang telah disampaikan, maka pads tahap selanjutnya siswa diberi tugas
Tabel 1
Ceramah, Tanya Jawab, dan Tugas
No. Langkah Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
1. Persiapan 1. Menciptakan kondisi belajar siswa.
2 Pelaksanaan 2. penyajian, guru menyampaikan bahan pelajaran (metode ceramah).
3. Asosiasi/komparasi, artinya memberi kesempatan pads siswa untuk menghubungkan clan membandingikan metode ceramah yang telah diterimanya melalui tanya jawab (metode tanya jawab).
4. Generalisasi/kesimpulan, memberikan tugas kepada siswa untuk membuat kesimpulan melalui
5. hasil ceramah (metode tugas).
3. Evaluasi/Tindak
Lanjut 5. Mengadakan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang telah diterimanya, melalui tes lisan dan tulisan atau tugas lain.
2. Ceramah, Diskusi, dan Tugas
Penggunaan ketiga jenis mengajar ini dapat dilakukan diawali dengan pemberian kepada siswa tentang bahan yang akan didiskusikan oleh siswa, lalu memberikan masalah untuk didiskusikan. Kemudian diikuti dengan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa.
Ceramah dimaksudkan untuk memberikan penjelasan/informasi mengenai bahan yang akan dibahas dalam diskusi, sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pada akhir kegiatan diskusi siswa diberikan beberapa tugas yang harus dikerjakan saat itu juga. Maksudnya untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa melalui diskusi tersebut. Dengan demikian, tugas ini sekaligus merupakan umpan balik bagi guru terhadap hasil diskusi yang dilakukan siswa.
Tabel 2
Ceramah, Diskusi, dan Tugas
No. Langkah Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
1. Persiapan 1. Mempersiapkan kondisi belajar siswa.
2. Memberikan informasi/penjelasan tentang
masalah tugas dalam diskusi (metode ceramah).
3. Mempersiapkan sarana/prasarana untuk
melakukan diskusi (tempat, peserta, dan waktu).
2. Pelaksanaan 4. Siswa melakukan diskusi:
- Guru merangsang seluruh peserta ber
partisipasi dalam diskusi.
- Memberikan kesempatan kepada semua
anggota untuk aktif
- Mencatat tanggapan/saran dan ide-ide yang
Penting.
3. Evaluasi/Tindak
Lanjut 5. Memberikan tugas kepada siswa untuk:
- Membuat kesimpulan diskusi.
- Mencatat hasil diskusi.
- Menilai hasil diskusi.
- dan sebagainya.
3. Ceramah, Demonstrasi, dan Eksperimen
Penggunaan metode demonstrasi selalu diikuti dengan eksperimen. Apa pun yang didemosntrasikan, baik oleh guru maupun oleh siswa (yang dianggap mampu untuk melakukan demonstrasi), tanpa diikuti dengan eksperimen tidak akan mencapai hasil yang efektif. Dalam melaksanakan demonstrasi, seorang demonstrator menjelaskan apa yang akan didemonstrasikannya (biasanya suatu proses), sehingga semua siswa dapat mengikuti jalannya demonstrasi tersebut dengan baik
Metode eksperimen adalah metode yang siswanya mencoba mempraktikkan suatu proses tersebut, setelah melihat/mengamati apa yang telah didemonstrasikan oleh seorang demonstrator. Eksperimen dapat juga dilakukan untuk membuktikan kebenaran sesuatu, misalnya menguji sebuah hipotesis. Dalam pelaksanaannya, metode demonstrasi dan eksperimen dapat digabungkan; artinya, setelah dilakukan demonstrasi kemudian diikuti eksperimen dengan disertai penjelasan secara lisan (ceramah).
Tabel 3
Ceramah, Demonstrasi, dan Eksperimen
No. Langkah Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
1. Persiapan 1. Menciptakan kondisi belajar siswa untuk
melaksanakan demonstrasi dengan:
- Menyediakan alat-alat demonstrasi.
- Tempat duduk siswa.
2 Pelaksanaan 2 Mengajukan masalah kepada siswa (ceramah).
Melaksanakan demonstrasi:
- Menjelaskar dan mendemonstrasikan suatu
prosedur atau proses.
- Usahakan seluruh siswa dapat mengikuti/
mengamati demonstrasi dengan baik.
- Beri penjelasan yang padat, tapi singkat.
- Hentikan demonstrasi kemudian adakan
Tanya jawab.
3. Evaluasi/tindak 3. Beri kesempatan kepada siswa untuk tindak
lanjut mencoba melakukan sendiri (metode
eksperimen)
4. Membuat kesimpulan hasil demonstrasi.
5. Mengajukan pertanyaan kepada siswa.
4. Ceramah, Sosiodrama, dan Diskusi
Sebelum metode sosiodrama digunakan, terlebih dahulu harus diawali dengan penjelasan dari guru tentang situasi sosial yang akan didramatisasikan oleh pars pemain/pelaku. Tanga diberikan penjelasan, anak didik tidak akan dapat melakukan peranannya dengan baik. Karena itu, ceramah mengenai masalah sosial yang akan didemonstrasikan penting sekali dilaksanakan sebelum melakukan sosiodrama. Sosiodrama adalah sandiwara tanpa naskah (skript) dan tanpa latihan terlebih dahulu, sehingga dilakukan secara spontan. Masalah yang didramatisasikan adalah mengenai situasi sosial. Sosiodrama akan menarik bila pads situasi yang sedang memuncak, kemudian dihentikan. Selanjutnya diadakan diskusi, bagaimana jalan cerita seterusnya, atau pemecahan masalah selanjutnya. Langkah-langkah yang mungkin dilakukan dalam menggunakan ketiga metode ini
Tabel 4
Ceramah, Sosiodrama, dan Diskusi
No. Langkah Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
1. Persiapan 1. Menentukan dan menceritakan situasi social yang akan didramatisasikan (metode ceramah).
2. Memilih pars pelaku.
3. Mempersiapkan pelaku untuk menentukan peranan masing-masing.
2 Pelaksanaan 4. Siswa melakukan sosiodrama.
5. Guru menghentikan sosiodrama pads saat situasi sedang memuncak (tegang).
6. Akhiri sosiodrama dengan diskusi tentang jalan cerita, atau pemecahan masalah selanjutnya.
3. Evaluasi/tindak
lanjut 7. Siswa diberi tugas untuk menilai atau memberi
8. Tanggapan terhadap pelaksanaan sosiodrama.
9. Siswa diberi kesempatan untuk membuat
10. kesimpulan hasil sosiodrama.

5. Ceramah, Problem Solving, dan Tugas
Pada saat guru memberikan pelajaran kepada siswa, adakalanya timbul suatu persoalan/masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya penjelasan secara lisan melalui ceramah. Untuk itu guru perlu menggunakan metode pemecahan masalah atau problem solving, sebagai jalan keluarnya. Kemudian diakhiri dengan tugas-tugas, balk individu maupun tugas kelompok, sehingga siswa melakukan tukar pikiran dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Metode ini banyak menimbullm kegiatan belajar siswa yang lebih optimal.
Tabel 5
Ceramah, Problem Solving, dan Tugas

No Langkah Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
1. Persiapan 1. Menentukan dan menjelaskan masalah (metode ceramah).
2. Menyediakan alat/buku-buku yang relevan dengan masalah tersebut.
2 Pelaksanaan 3. Siswa mengadakan identifikasi masalah.
4. Merumuskan hipotesis atau jawaban sementara
dalam memecahkan masalah tersebut.
5. Mengumpulkan data atau keterangan yang
relevan dengan masalah.
6. Menguji hipotesis (siswa berusaha memecahkan masalah yang dihadapinya dengan data yang ada).
3. Evaluasi/tindak
lanjut 7. Membuat kesimpulan pemecahan masalah.
8. Memberi tugas kepada siswa untuk mencatat
hasil pemecahan masalah (metode tugas).

6. Ceramah, Demonstrasi, dan Latihan
Metode latihan umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari bahan yang dipelajarinya. Karena itu, metode ceramah dapat digunakan sebelum maupun sesudah latihan dilakukan. Tujuan dari ceramah untuk memberikan penjelasan kepada siswa mengenai bentuk keterampilan tertentu yang akan dilakukannya.
Sedangkan demonstrasi yang dimaksudkan untuk memperagakan Mau mempertunjukkan suatu kesimpulan yang akan dipelajari siswa. Misalnya, belajar tari Jaipongan. Siswa sebelum berlatih tari Jaipongan diberikan penjelasan dulu seluruh gerakan tangan, gerakan badan, dan sebagainya melalui ceramah. Lalu guru mendemonstrasikan tari Jaipongan dan siswa memperhatikan demonstrasi tersebut. Setelah itu barn siswa mulai latihan taxi Jaipongan seperti yang dilakukan guru. Langkah jenis kegiatan yang dapat dilakukan adalah seperti tercantum pads Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6
Ceramah, Demonstrasi, dan Latihan

No. Langkah Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
1. Persiapan 1. Menyediakan peralatan yang diperlukan.
2. Menciptakan kondisi anak untuk belajar.
2 Pelaksanaan 3. Memberikan pengertian/penjelasan sebelum
latihan dimulai (metode ceramah).
4. Demonstrasi proses atau prosedur itu oleh guru
dan siswa mengamatinya.
3. Evaluasi/tindak
lanjut 5. Siswa diberi kesempatan mengadakan latihan
(metode latihan).
6. Siswa membuat kesimpulan dari latihan yang is
lakukan.
7. Guru bertanya kepada siswa.

Akhirnya, selain kombinasi sebagaimana disebutkan di depan masih terbuka kemungkinan adanya kombinasi yang lain. Bahkan tidak mustahil kombinasi metode mengajar dapat dibuat untuk dua atau empat metode mengajar
Oleh karena itu, untuk mengklasifikasikan apakah metode tersebut efektif atau tidak hanya mampu dilakukan oleh guru yang professional karena masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangannya. Paling yang dilaksanakan oleh seorang guru adalah memilih dan menentukan mana diantara sekian metode itu dapat lebih tepat dan cocok diterapkan dalam situasi pengajaran serta kemampuan mengkombinasikan metode-metode yang telah ditetapkan secara harmonis dan serasi. Menurut Cadiman A.M. dalam bukunya interaksi dan motivasi belajar mengajar bahwa kompetensi guru ada 10 point salah satunya mengelolah program belajar mengajar dan mengelolah interaksi belajar mengajar
Pembelajaran PAI di sekolah umum terkadang terkesan kurang menarik minat siswa, bukan karena ajaran dan nilai islam yang tidak bermakna bagi mereka, tetapi lebih disebabkan cara penyampaian materi yang kurang tepat, variasi dan menyenangkan siswa. Inilah maksud peribahasa “at-thariqatu ahammu min al-maddah” (metode itu lebih urgen dari materi).