Cari Blog Ini

Sabtu, 22 Mei 2010

BAB II

BAB II
METODOLOGI PEMBELAJARAN AL-ISLAM

A. Pengertian Metode
Metode merupakan komponen yang perlu diperhatikan oleh para pendidik. Karena metode pembelajaran apabila kurang tepat dalam penggunaannya akan menjadi penghalang bagi kelancaran jalannya proses belajar sehingga banyak tenaga dan waktu yang terbuang sia-sia. Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani yakni “metha” dan “hodos”. “metha” artinya “melalui” dan “hodos” berarti “cara”. Dalam kamus bahasa Indonesia metode adalah cara yang telah teratur dan terfikir dengan baik untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Zakiyah Daradjat dalam bukunya Metodologi Pengajaran Agama Islam. Metode adalah suatu teknik penyampaian bahan pelajaran kepada murid yang dimaksud agar murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna oleh anak dengan baik
Menurut Pasaribu bahwa “metode merupakan bagian dari tingkah laku guru. Itulah sebabnya metode menunjukkan suatu pola tingkah laku yang terintegrasi, yang relevan dengan tujuan yang dikehendaki.”
Menurut Zuhairimi dalam bukunya Metodik Khusus Pendidikan Agama, Metode adalah segala usaha yang sistematika dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan dengan melalui berbagai aktifitas baik di dalam maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah
Dapat disimpulkan bahwa metode merupakan cara guru, suatu teknik dan usaha seorang guru yang telah teratur dan terfikir dengan baik dalam suatu pembelajaran. Sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
B. Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode Mengajar
Kegiatan belajar mengajar sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak didik ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik di kelas. Bahan pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberikan dorongan (motivasi) kepada anak didik bila penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Karena itu, dapat dipahami bahwa metode adalah salah satu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan metode sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di kelas.
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang percuma hanya karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas serta situasi kelas.
Karena itu, efektifitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran sebagai persiapan tertulis.
Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pengajaran. Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran.
Metode pembelajaran perlu disesuaikan dengan berbagai faktor antara lain :

a. Berpedoman pada tujuan
Tujuan adalah keinginan yang hendak dicapai dalam setiap kegiatan interaksi edukatif. Tujuan mampu memberikan garis yang jelas dan pasti kemana kegiatan interaksi akan dibawa. Tujuan dapat memberikan pedoman yang jelas bagi guru dalam mempersiapkan sesuatunya dalam rangka pengajaran, termasuk pemilihan metode mengajar. Masing-masing mata pelajaran memiliki tujuan yang berbeda Sesuai dengan jenis, sifat maupun isi mata pelajaran masing-masing
Metode mengajar yang guru pilih tidak boleh dipertentangkan dengan tujuan yang telah dirumuskan, tapi metode mengajar yang dipilih harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif berproses guna mencapai tujuannya. Ketidakjelasan perumusan tujuan akan menjadi kendala dalam pemilihan metode mengajar. Jadi kejelasan dan kepastian dalam perumusan tujuan memudahkan bagi guru memilih metode mengajar.
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar dibawa. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat guru akan mencapai tujuan pembelajaran. Dengan tujuan pembelajaran yang jelas dan tepat akan membantu dalam merencanakan kegiatan pembelajaran salah satunya dapat membantu pemilihan metode belajar mengajar.
Jadi, guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.
b. Perbedaan individual anak didik
Perbedaan individual anak didik perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar. Aspek-aspek perbedaan anak didik yang perlu dipegang adalah aspek biologis, intelektual dan psikologis. Setiap anak memiliki bakat yang berlainan dan mempunyai kecepatan belajar yang bervariasi. Setiap anak memiliki tipe tanggapan yang berbeda seperti tipe penglihatan (visual), tipe pendengaran (auditif), tipe perabaan (taktil), tipe gerakan (motorik), dan tipe campuran. Kecocokan suatu metode sebenarnya relatif, ada peserta didik yang lebih senang terhadap pembelajaran yang disajikan dengan metode diskusi dan lain sebagainya. Karena itu, dalam suatu peristiwa pengajaran seyogyanya menggunakan metode yang bervariasi hingga tidak menimbulkan kejenuhan.
Guru yang efektif perlu memahami pertumbuhan dan perkembangan anak siswa secara komprehensif. Pemahaman ini akan memudahkan guru untuk menilai kebutuhan murid dan merencanakan tujuan, bahan, prosedur belajar mengajar dengan tepat.
Apabila dalam kegiatan interaksi edukatif terdapat keterlibatan intelek-emosional anak didik, biasanya intensitas keaktifan dan motivasi akan meningkat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif.
Menurut Sardiman yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
Jika bahan pelajaran disajikan secara menarik besar kemungkinan motivasi belajar anak didik akan semakin meningkat. Motivasi berkaitan erat dengan emosi, minat, dan kebutuhan anak didik. Motivasi ada dua macam, yaitu motivasi yang datang dari dalam anak didik, disebut motivasi intrinsik dan motivasi yang diakibatkan dari luar diri anak didik, disebut motivasi ekstrinsik. Motivasi dari dalam dapat dilakukan dengan mendorong rasa ingin tahu, keinginan mencoba dan sikap mandiri anak didik.
Kecocokan suatu metode sebenarnya relatif, ada peserta didik yang lebih senang terhadap pembelajaran yang disajikan dengan metode diskusi dan lain sebagainya. Karena itu, dalam suatu peristiwa pengajaran seyogyanya menggunakan metode yang bervariasi hingga tidak menimbulkan kejenuhan.


c. Kemampuan Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian dan kemampuan yang berbeda-beda. Seorang guru misalnya kurang bisa berbicara, tetapi seorang guru yang lain suka berbicara. Seorang guru yang bertitel sarjana pendidikan dan keguruan, berbeda dengan guru yang sarjana bukan pendidikan seseorang dengan latar belakang pendidikan bukan keguruan.
Seorang guru yang pandai menyampaikan sesuatu dengan lisan, disertai mimik, gerak lagu dan tekanan suara akan lebih berhasil dari pada guru lain karena pembawaannya dia tidak pandai berbicara dan berakting di muka kelas. Seorang guru dengan latar belakang pendidikan keguruan akan lain kemampuannya bila dibandingkan dan kemampuan guru yang berpengalaman tentu lebih berkualitas dibandingkan yang kurang berpengalaman dalam pendidikan dan pengajaran.
Maka dari itu seorang guru haruslah menguasai betul-betul suatu metode pembelajaran. ketidakmampuan seorang guru dalam penggunaan suatu metode pada waktu mengadakan interaksi pembelajaran akan berakibat banyak kegagalan bahkan ditertawakan peserta didik.
Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa kepribadian, latar belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar adalah permasalahan intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
Menurut Roestiyah N.K. yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
d. Bahan Pengajaran
Setiap mata pelajaran mempunyai sifat masing-masing. Paling tidak sifat pelajaran ini adalah mudah, sedang dan sukar. Ketiga sifat ini tidak bisa diabaikan begitu saja dalam mempertimbangkan pemilihan metode mengajar. Untuk metode tertentu barangkali cocok untuk mata pelajaran tertentu, tetapi belum tentu pas untuk mata pelajaran lain adalah penting mengenal sifat mata pelajaran sebelum pemilihan metode dilaksanakan.
e. Situasi Pembelajaran
Situasi kelas adalah sisi lain yang patut diperhatikan dan dipertimbangkan guru ketika akan melakukan pilihan terhadap metode mengajar. Suasana dan situasi kelas yang berkaitan dengan semangat belajar mengajar, cuaca, keadaan lingkungan, sekolah dan sebagainya. Perlu dipertimbangkan secara cermat untuk guru yang menghendaki suatu metode pembelajaran
Perbedaan situasi dan kondisi di mana pendidikan berlangsung dengan pengertian bahwa disamping perbedaan jenis lembaga pendidikan (sekolah) masing-masing. Juga letak geografis dan perbedaan sosial kultur ikut menentukan metode yang dipakai guru.
f. Fasilitas yang tersedia
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi pemilhan metode mengajar.
Penggunaan metode perlu cukup fasilitas. Fasilitas yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik metode mengajar yang akan dipergunakan. Ada metode tertentu yang tidak dapat dipakai, karena ketiadaan fasilitas belajar yang lengkap. Adanya suatu fasilitas yang lengkap sangat membantu guru untuk melaksanakan pengajaran dalam kelas
g. Kelebihan dan kekurangan metode
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dua sisi ini perlu diperhatikan oleh guru. Metode yang tepat untuk pengajaran tergantung dari kecermatan guru dalam memilihnya. Pemilihan yang terbaik adalah mencari titik kelemahan suatu metode untuk kemudian dicarikan metode yang dapat menutupi kelemahan metode tersebut.
Kegagalan guru mencapai tujuan pembelajaran akan terjadi jika pemilihan dan penentuan metode tidak dilakukan dengan pengenalan karakteristik dari masing-masing metode pengajaran. Karena itu, yang terbaik guru lakukan adalah mengetahui kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode pengajaran.

C. Metode Ceramah
1. Pengertian Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai. Adapun menurut M. Basyiruddin Usman yang dimaksud dengan metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim disampaikan oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru bilamana diperlukan .
Pengertian senada juga diungkapkan oleh Mahfuz Sholahuddin dkk., bahwa metode ceramah adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran secara lisan oleh guru di depan kelas atau kelompok
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara belajar mengajar yang menekankan pada pemberitahuan satu arah dari pengajar kepada pelajar (pengajar aktif, pelajar pasif)
Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran kepada siswa secara lisan.
Adapun gambaran penggunaan metode ini dikemukakan Zakiyah Daradjat dalam bukunya Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam bahwa dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar ceramah semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan.
2. Tujuan Penggunaan Metode Ceramah
Penggunaan metode ceramah memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan penggunaan metode ceramah adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengarahkan siswa memperoleh pemahaman yang jelas tentang masalah yang dihadapi
b. Untuk membantu siswa memahami generalisasi, rules, prinsip berdasar penalaran dan objektivitas
c. Untuk melibatkan siswa dalam berfikir melalui pemecahan masalah
d. Memperoleh umpan balik dari siswa tentang kualitas pemahamannya dan mengatasi kesalahpahaman
e. Untuk membantu siswa dalam apresiasi dan memproses penalaran serta penggunaan bukti dalam memecahkan keraguan.
3. Keterampilan Dasar Berceramah
a. Komponen kejelasan
Bahasa yang digunakan guru harus lugas, sederhana dan tepat. Pengungkapan pernyataan-pernyataannya dari berbagai seginya. Baik dari segi pilihan kata, pengucapan maupun volume dan intonasi suara (prosodi) hendaknya tepat. Pilihan katanya perlu disesuaikan dengan perkembangan bahasa dan kemampuan nalar siswa. Kelancaran dalam pengungkapan pernyataan sangat dibutuhkan untuk memudahkan siswadalam menangkap keutuhan yang diceramahkan. Kalimat-kalimat yang dipakai sebaiknya menggunakan kata dan istilah yang lugas. Penggunaan kalimat yang tidak logis dan tidak gramatikal perlu dihindari. Demikian pula gunakan struktur kalimat yang sederhana dan menghindari sedapat mungkin penggunaan kalimat kompleks.
Struktur penyampaian bahan ceramah merupakan bagian yang tak kalah pentingnya, agar pesan yang disampaikan dapat dipahami anak dengan baik. Penyaji dapat menggunakan berbagai pilihan struktur penyampaian dengan mempertimbangkan tertentu yang matang. Struktur penyajian dapat berupa: (1) bertolak dari yang mudah ke yang sukar (2) bertolak dengan yang cekat dengan anak (3) penyajian secara induktif, (4) penyajian secara deduktif, (5) berangkat dari bahan yang memprasyarati untuk memahami konsep di atasnya yang lebih tinggi, (6) bertolak dari konsep kongkrit ke yang abstrak
b. Penggunaan contoh
Pemahaman siswa tentang konsep yang tidak lazim dan sulit dapat ditingkatkan dengan menghubungkan konsep itu dengan situasi-situasi yang dialami siswa. Menggunakan bermacam contoh: padanan-padanan verbal sederhana, diagram, sketsa, gambar, benda, model, media audio visual dan sebagainya
c. Penggunaan penekanan
Selama memberikan penjelasan guru harus memusatkan perhatian siswa pada rincian-rincian masalah yang esensial. Misalnya: engan menggunakan tanda-tanda verbal yang penting: “pertama”, “utamanya”, “penting”, “vital”, “dengarkan baik-baik”, “jangan lupa”, “kesimpulan pokok adalah…”

d. Pemberian umpan balik
Guru harus memberikan kesempatan pada siswa untuk menunjukkan pemahamannya atau memberi penjelasan hal yang membingungkan siswa. Hal ini dapat dilakukan guru dengan memberi kesempatan siswa bertanya atau menjawab pertanyaan guru

4. Pengefektifan metode ceramah
Agar bisa efektif, guru harus terlebih dahulu membangkitkan minat, memaksimalkan pemahaman dan pengingatan, melibatkan siswa selama penceramahan, dan menekankan kembali apa yang telah disajikan. Berikut adalah pilihan untuk melakukan hal itu.
Membangkitkan minat
1. Paparkan kisah atau tayangan menarik: Sajikan anekdot yang relevan, kisah fiksi, kartun, atau gambar grafis yang menarik perhatian siswa terhadap apa yang akan Anda ajarkan
2. Ajukan soal cerita: Ajukan soal yang nantinya akan menjadi bahan sajian dalam ceramah pengajaran.
3. Pertanyaan penguji: Ajukan pertanyaan kepada siswa (sekalipun mereka baru sedikit memiliki pengetahuan tentang mata pelajaran) agar mereka termotivasi untuk mendengarkan ceramah Anda dalam rangka mendapatkan jawabannya.
Memaksimalkan pemahaman dan pengingatan
4. Headline/kepala berita: Susunlah kembali poin-poin utama dalam ceramah menjadi kata - kata kunci yang berfungsi subjudul verbal atau bantuan mengingat.
5. Contoh dan analogi : berikan gambaran nyata tentang gagasan dalam penceramahan dan jika memungkinkan buatlah perbandingan antara materi Anda dengan pengetahuan dan pengalaman yang siswa miliki.
6. Cadangan visual: Gunakan grafik lipat, transparansi, buku pegangan dan peragaan yang memungkinkan siswa melihat dan mendengar apa yang Anda katakan.
Melibatkan Siswa selama Penceramahan
7. Tantangan kecil: Lakukan interupsi ceramah secara berkala dan tantanglah siswa untuk memberikan contoh tentang konsep-konsep yang telah disajikan selama ini atau untuk menjawab pertanyaan kuis ringan.
8. Latihan yang memperjelas : Selama menyajikan materi selingilah dengan kegiatan yang memperjelas hal-hal yang Anda sampaikan.
Memperkuat apa yang telah disampaikan
9. Soal penerapan: Ajukan masalah atau pertanyaan untuk dipecahkan oleh siswa berdasarkan informasi yang disampaikan selama pengajaran.
10. Tinjauan siswa: Perintahkan siswa untuk meninjau isi dari penyampaian pelajaran kepada siswa, atau berilah mereka tes penilaian-diri.
5. Struktur penyajian atau prosedur ceramah
Teknik-teknik penyajian ceramah secara prosedural dapat dilakukan dengan tekhnik berikut:
a. Memperkenalkan topik ceramah
b. Membuka ceramah dengan memperkenalkan bahan pengait
c. Sebutkan tujuan pembelajaran secara singkat tetapi jelas bagi siswa
d. Sebutkan garis besar materi ceramah dalam bentuk-bentuk ide-ide pokok atau topik ini
e. Ceramahkan topik inti secara berurutan mulai pertama dan selanjutnya dengan selalu mengaitkan dengan bahan pengait yang relevan. Jelaskan rincian masing-masing materi dengan disertai contoh dan ilustrasidan alat bantu untuk topic-topik yang memerlukan
f. Susunlah rangkuman atau ringkasan tiap-tiap sajian topic inti yang baru dan jangan lupa pertanyaan atau pemberian kesempatan bertanya untuk siswa sebagai masukan guru
g. Gunakan teknik membuka yang benar tiap-tiap akan memulai topik inti yang baru dan diakhiri dengan rangkuman dan pertanyaan
h. Rangkuman menyeluruh setelah akhir ceramah sangat diperlukan untuk mambulatkan pemahaman anak terhadap bahan ceamah secara menyeluruh
Moedjiono Dkk (1986) menyebutkan persiapan ceramah menyangkut penulisan bahan ceramah, penggunaan alat bantu dan pengorganisasian kelas. Berkenaan dengan itu, persiapan ceramah meliputi hal-hal berikut:
a. Persiapkan secara cermat segala sesuatu yang diperlukan untuk mendukung keefektifan penggunaan ceramah.
b. Siapkan bahan pengait untuk memulai ceramah
c. Tuliskan ide-ide pokok dengan tebal sebagai topik inti
d. Hubungkan tiap-tiap ide pokok dengan bahan pengait
e. Susunlah contoh dan ilustrasi untuk masing-masing satuan sajian
f. Urutkan ide-ide pokok secara logis dan sistematis
g. Berilah tanda bagi ide pokok yang penyajiannya membutuhkan alat bantu
h. Berikan tanda pada bagian sajian yang kiranya dapat digunakan untuk memancing partisipasi siswa
i. Kembangkan simpulan secara ringkas point-point dan hubungkan dengan bahan pengait

j. Susunan fisik kelas perlu diperhatikan agar setiap anak dapat mendengar dan melihat guru dengan baik
6. Pengelolaan perhatian anak
Gage dan Berliner (1984: 473-477) menyebutkan untuk menjaga perhatian anak terhadap ceramah guru dapat menggunakan berbagai teknik diantaranya adalah sebagai Berliner (1984 : 473)
a. Variasi stimulus. Gage dan berliner (1984 : 473) menyebutkan variasi stimulus mempunyai pengaruh terhadap motivasi. Macam variasi stimulus yang dapat dipadukan dalam berceramah mencakup variasi nada dan tekanan suara struktur gramatikal (panjang pendeknya kalimat). Roshensine (1971) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa variasi bentuk gerakan dan gestural berkorelasi positif dengan prestasi siswa. Hal ini diperkuat pula oleh wyckoff (1973) yang juga menyebutkan bahwa variasi stimulus berkorelasi secara linier dengan prestasi anak (gage dan berlinier, 1984 : 473 )
b. Perubahan saluran komunikasi. Bentuk lain untuk mempertahankan perhatian anak dalam mengikuti ceramah dengan menggunakan memadukan ceramah dengan variasi saluran komunikasi. Hal ini dapat dilakukan guru dengan memanfaatkan media seperti slide, grafik, gambar, papan tulis, ohp dan media visual yang lain. Dengan mengubah saluran komunikasi dan penuluran lisan kepenggunaan media visual dapat menjaga perhatian anak. Dalam hasil penelitian stevenson dan sigel (1969) menunjukkan bahwa perhatian siswa relatif tinggi terhadap informasi visual dari pada informasi audio (gage dan berliner, 1984: 474)
c. Penggunaan humor yang diintegrasikan dalam penyampaian bahan ceramah dapat menjaga perhatian anak. Namun yang diingat dalam penggunaannya guru perlu membatasinya agar humor yang digunakan guru tidak menenggelamkan pemerolehan makna dari materi yang diceramahkan. Humor berfungsi untuk mempertahankan perhatian. Oleh karena itu, apabila perhatian anak telah terpusat pada guru, maka penyampaian materi pokok segera dilanjutkan. Disamping itu, penggunaan humor berfungsi untuk selingan agar siswa tidak mudah bosan dengan ceramah guru. Jadi penggunaan humor bukan tujuan utama, melainkan alat yang dapat dipakai guru untuk mempertahankan dan memperbarui perhatian anak terhadap penyajian materi pembelajaran.
d. Menunjukkkan antusiasme. Hasil penelitian rosenshine (1971) menunjukkan bahwa antusiasme guru dalam berceramah berkorelasi sekitar 0,37-0,58 dengan pencapaian prestasi belajar anak (gage dan berliner 1984:475) antusiasme guru dalam penyampaian bahan ceramah dapat mendorong motivasi anak. Guru yang memperlihatkan antusiasme yang tinggi dalam berceramah menjadikan ceramah menjadi lebih dinamis dan hidup. Berbeda dengan guru yang tidak antusias dalam berceramah. Siswa dapat mengingat lebih banyak materi yang disajikan secara dinamis dari pada materi yang disajikan secara statis ( coats dan smidchen dalam gage dan bberliner ).
e. Penggunaan pertanyaan untuk selingan ceramah dapat memancing respon anak. Sehingga dengan selingan pertanyaan dapat meningkatkan perhatian.
Tantangan terbesar dalam pembelajaran dengan metode ceramah adalah menjaga perhatian anak. Guru memerlukan teknik-teknik khusus dalam berceramah agar perhatian anak tetap terjaga untuk mempertahankan perhatian terhadap materi ceramah guru dapat memvariasikan gaya mengajarnya. Gaya mengajar yang dapat divariasikan meliputi berikut:
a. Variasi gerak dan perubahan posisi guru selama ceramah berlangsung. Guru selama berceramah perlu gerak dan mengubah-ubah posisi secara dinamis. Guru berceramah dengan diam di tempat cenderung membosankan anak sehingga dapat menurunkan perhatiannya.
b. Variasi suara guru untuk menghindari kemonotonan. Sauar guru yang monoton tidak menraik perhatian anak. Oleh karena itu suara guru dalam ceramah perlu divariasikan nada dan tekanannya agar tidak membosankan anak.
c. Menjaga kontak pandangan dengan anak secara merata, sehingga setiap anak merasa memperoleh perhatian
d. Penggunaan teknik diam sejenak manakala ada gejala anak meninggalkan perhatiannya terhadap ceramah yang disampaikan guru hilangnya perhatian anak biasanya ditandai dengan munculnya pembicaraan anak dengan teman dekatnya tentang hal-hal diluar materi yang diceramahkan guru. Untuk mengembalikan perhatian anak akibat kasus tersebut, guru dapat menggunakan teknik diam sejenak. Dengan teknik tersebut siswa memperbaharui perhatiannya kembali.
e. Penggunaan teknik gestural. Selama berceramah guru perlu memanfaatkan anggota tubuhnya seperti tangan, kepala dan tubuh untuk memvisualisasikan konsep-konsep tertentu yang sedang ceramahkan
f. Mengekspresikan mimik dengan ekspresi tertentu yang menggambarkan makna tertentu. Ekspresi mimik dapat digunakan pula untuk menggambarkan antusiasisme dan keyakinan guru terhadap materi yang diceramahkan
8. Ketepatan, kelebihan dan kekurangan metode ceramah
Menurut M. Basyiruddin Usman, metode ceramah layak digunakan guru dimuka kelas apabila:
a. Pesan yang akan disampaikan berupa fakta atau informasi;
b. Jumlah siswanya terlalu banyak;
c. Guru adalah seorang pembicara yang baik, berwibawa dan dapat merangsang siswa;

Metode ini tepat digunakan apabila :
a. Akan menyampaikan bahan atau materi kepada orang banyak
b. Penceramahnya orang pembicara yang baik dan berwibawa
c. Tidak ada waktu berdiskusi dan bahan pelajaran yang akan disampaikan terlalu banyak.

Kelebihan metode ceramah :
a. Guru mudah menguasai kelas
b. Mudah dilaksanakan
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar
d. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar

Kekurangan metode ceramah :
a. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
b. Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap audifnya dapat lebih besar menerimanya
c. Bila terlalu lama membosankan
d. Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik
e. Meneyebabkan anak didik pasif

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut seorang guru harus mengusahakan hal-hal sebagai berikut:
a. Untuk menghilangkan kesalahpahaman siswa terhadap materi yang diberikan, hendaknya diberi penjelasan beserta keterangan-keterangan, gerak-gerik, dan contoh yang memadai dan bila perlu hendaknya menggunakan media yang refresentatif.
b. Selingilah metode ceramah dengan metode lainnya untuk menghilangkan kebosanan peserta didik.
c. Susunlah ceramah secara sistematis.
d. Mengulang kata atau istilah-istilah yang digunakan secara jelas, dapat membantu siswa yang kurang atau lambat kemampuan dan daya tangkapnya.
e. Carilah umpan balik sebanyak mungkin sewaktu ceramah berlangsung.
Suatu metode dalam pendidikan dimana dalam menyampaikan pengertian materi kepada anak didik dengan cara penerangan dan penuturan secara lisan. Metode-metode tertentu lebih serasi untuk memberikan informasi mengenai bahan pelajaran atau gagasan-gagasan baru atau untuk menguraikan dan menjelaskan susunan suatu bidang yang luas dan kompleks. Karenanya, didalam situasi-situasi tertentu guru tidak dapat meninggalkan metode ceramah atau pemberian kuliah maupun metode pemberian tugas kepada anak didik.
D. Praktik Penggunaan Metode Ceramah
Pengembangan metode bersifat kondisional dan situasional. Serta tergantung pada kemampuan guru dalam mengambil keputusan instruksional. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran kedudukannya tidak lebih dari sekedar rambu-rambu yang masih perlu dikembangkan oleh guru, sebab manajer yang baik itu tidak hanya didasarkan pada resep tentang metode, melainkan ditentukan oleh kemampuan guru membangun konsep pembelajaran yang kreatif dan dinamis.


Dalam praktiknya, metode mengajar tidak digunakan sendiri-sendiri tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar. Berikut akan dikemukakan kemungkinan kombinasi metode ceramah.
1. Metode mengajar Ceramah, Tanya Jawab, dan Tugas
Ceramah banyak segi yang kurang menguntungkan, maka penggunaannya harus didukung dengan alat dan media atau dengan metode lain. Karena itu, setelah guru memberikan ceramah, maka dipandang perlu untuk memberikan kesempatan kepada siswanya mengadakan tanya jawab. Tanya jawab ini diperlukan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap apa yang telah disampaikan guru melalui metode ceramah. Untuk lebih memantapkan penguasaan siswa terhadap bahan yang telah disampaikan, maka pads tahap selanjutnya siswa diberi tugas
Tabel 1
Ceramah, Tanya Jawab, dan Tugas
No. Langkah Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
1. Persiapan 1. Menciptakan kondisi belajar siswa.
2 Pelaksanaan 2. penyajian, guru menyampaikan bahan pelajaran (metode ceramah).
3. Asosiasi/komparasi, artinya memberi kesempatan pads siswa untuk menghubungkan clan membandingikan metode ceramah yang telah diterimanya melalui tanya jawab (metode tanya jawab).
4. Generalisasi/kesimpulan, memberikan tugas kepada siswa untuk membuat kesimpulan melalui
5. hasil ceramah (metode tugas).
3. Evaluasi/Tindak
Lanjut 5. Mengadakan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang telah diterimanya, melalui tes lisan dan tulisan atau tugas lain.
2. Ceramah, Diskusi, dan Tugas
Penggunaan ketiga jenis mengajar ini dapat dilakukan diawali dengan pemberian kepada siswa tentang bahan yang akan didiskusikan oleh siswa, lalu memberikan masalah untuk didiskusikan. Kemudian diikuti dengan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa.
Ceramah dimaksudkan untuk memberikan penjelasan/informasi mengenai bahan yang akan dibahas dalam diskusi, sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pada akhir kegiatan diskusi siswa diberikan beberapa tugas yang harus dikerjakan saat itu juga. Maksudnya untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa melalui diskusi tersebut. Dengan demikian, tugas ini sekaligus merupakan umpan balik bagi guru terhadap hasil diskusi yang dilakukan siswa.
Tabel 2
Ceramah, Diskusi, dan Tugas
No. Langkah Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
1. Persiapan 1. Mempersiapkan kondisi belajar siswa.
2. Memberikan informasi/penjelasan tentang
masalah tugas dalam diskusi (metode ceramah).
3. Mempersiapkan sarana/prasarana untuk
melakukan diskusi (tempat, peserta, dan waktu).
2. Pelaksanaan 4. Siswa melakukan diskusi:
- Guru merangsang seluruh peserta ber
partisipasi dalam diskusi.
- Memberikan kesempatan kepada semua
anggota untuk aktif
- Mencatat tanggapan/saran dan ide-ide yang
Penting.
3. Evaluasi/Tindak
Lanjut 5. Memberikan tugas kepada siswa untuk:
- Membuat kesimpulan diskusi.
- Mencatat hasil diskusi.
- Menilai hasil diskusi.
- dan sebagainya.
3. Ceramah, Demonstrasi, dan Eksperimen
Penggunaan metode demonstrasi selalu diikuti dengan eksperimen. Apa pun yang didemosntrasikan, baik oleh guru maupun oleh siswa (yang dianggap mampu untuk melakukan demonstrasi), tanpa diikuti dengan eksperimen tidak akan mencapai hasil yang efektif. Dalam melaksanakan demonstrasi, seorang demonstrator menjelaskan apa yang akan didemonstrasikannya (biasanya suatu proses), sehingga semua siswa dapat mengikuti jalannya demonstrasi tersebut dengan baik
Metode eksperimen adalah metode yang siswanya mencoba mempraktikkan suatu proses tersebut, setelah melihat/mengamati apa yang telah didemonstrasikan oleh seorang demonstrator. Eksperimen dapat juga dilakukan untuk membuktikan kebenaran sesuatu, misalnya menguji sebuah hipotesis. Dalam pelaksanaannya, metode demonstrasi dan eksperimen dapat digabungkan; artinya, setelah dilakukan demonstrasi kemudian diikuti eksperimen dengan disertai penjelasan secara lisan (ceramah).
Tabel 3
Ceramah, Demonstrasi, dan Eksperimen
No. Langkah Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
1. Persiapan 1. Menciptakan kondisi belajar siswa untuk
melaksanakan demonstrasi dengan:
- Menyediakan alat-alat demonstrasi.
- Tempat duduk siswa.
2 Pelaksanaan 2 Mengajukan masalah kepada siswa (ceramah).
Melaksanakan demonstrasi:
- Menjelaskar dan mendemonstrasikan suatu
prosedur atau proses.
- Usahakan seluruh siswa dapat mengikuti/
mengamati demonstrasi dengan baik.
- Beri penjelasan yang padat, tapi singkat.
- Hentikan demonstrasi kemudian adakan
Tanya jawab.
3. Evaluasi/tindak 3. Beri kesempatan kepada siswa untuk tindak
lanjut mencoba melakukan sendiri (metode
eksperimen)
4. Membuat kesimpulan hasil demonstrasi.
5. Mengajukan pertanyaan kepada siswa.
4. Ceramah, Sosiodrama, dan Diskusi
Sebelum metode sosiodrama digunakan, terlebih dahulu harus diawali dengan penjelasan dari guru tentang situasi sosial yang akan didramatisasikan oleh pars pemain/pelaku. Tanga diberikan penjelasan, anak didik tidak akan dapat melakukan peranannya dengan baik. Karena itu, ceramah mengenai masalah sosial yang akan didemonstrasikan penting sekali dilaksanakan sebelum melakukan sosiodrama. Sosiodrama adalah sandiwara tanpa naskah (skript) dan tanpa latihan terlebih dahulu, sehingga dilakukan secara spontan. Masalah yang didramatisasikan adalah mengenai situasi sosial. Sosiodrama akan menarik bila pads situasi yang sedang memuncak, kemudian dihentikan. Selanjutnya diadakan diskusi, bagaimana jalan cerita seterusnya, atau pemecahan masalah selanjutnya. Langkah-langkah yang mungkin dilakukan dalam menggunakan ketiga metode ini
Tabel 4
Ceramah, Sosiodrama, dan Diskusi
No. Langkah Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
1. Persiapan 1. Menentukan dan menceritakan situasi social yang akan didramatisasikan (metode ceramah).
2. Memilih pars pelaku.
3. Mempersiapkan pelaku untuk menentukan peranan masing-masing.
2 Pelaksanaan 4. Siswa melakukan sosiodrama.
5. Guru menghentikan sosiodrama pads saat situasi sedang memuncak (tegang).
6. Akhiri sosiodrama dengan diskusi tentang jalan cerita, atau pemecahan masalah selanjutnya.
3. Evaluasi/tindak
lanjut 7. Siswa diberi tugas untuk menilai atau memberi
8. Tanggapan terhadap pelaksanaan sosiodrama.
9. Siswa diberi kesempatan untuk membuat
10. kesimpulan hasil sosiodrama.

5. Ceramah, Problem Solving, dan Tugas
Pada saat guru memberikan pelajaran kepada siswa, adakalanya timbul suatu persoalan/masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya penjelasan secara lisan melalui ceramah. Untuk itu guru perlu menggunakan metode pemecahan masalah atau problem solving, sebagai jalan keluarnya. Kemudian diakhiri dengan tugas-tugas, balk individu maupun tugas kelompok, sehingga siswa melakukan tukar pikiran dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Metode ini banyak menimbullm kegiatan belajar siswa yang lebih optimal.
Tabel 5
Ceramah, Problem Solving, dan Tugas

No Langkah Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
1. Persiapan 1. Menentukan dan menjelaskan masalah (metode ceramah).
2. Menyediakan alat/buku-buku yang relevan dengan masalah tersebut.
2 Pelaksanaan 3. Siswa mengadakan identifikasi masalah.
4. Merumuskan hipotesis atau jawaban sementara
dalam memecahkan masalah tersebut.
5. Mengumpulkan data atau keterangan yang
relevan dengan masalah.
6. Menguji hipotesis (siswa berusaha memecahkan masalah yang dihadapinya dengan data yang ada).
3. Evaluasi/tindak
lanjut 7. Membuat kesimpulan pemecahan masalah.
8. Memberi tugas kepada siswa untuk mencatat
hasil pemecahan masalah (metode tugas).

6. Ceramah, Demonstrasi, dan Latihan
Metode latihan umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari bahan yang dipelajarinya. Karena itu, metode ceramah dapat digunakan sebelum maupun sesudah latihan dilakukan. Tujuan dari ceramah untuk memberikan penjelasan kepada siswa mengenai bentuk keterampilan tertentu yang akan dilakukannya.
Sedangkan demonstrasi yang dimaksudkan untuk memperagakan Mau mempertunjukkan suatu kesimpulan yang akan dipelajari siswa. Misalnya, belajar tari Jaipongan. Siswa sebelum berlatih tari Jaipongan diberikan penjelasan dulu seluruh gerakan tangan, gerakan badan, dan sebagainya melalui ceramah. Lalu guru mendemonstrasikan tari Jaipongan dan siswa memperhatikan demonstrasi tersebut. Setelah itu barn siswa mulai latihan taxi Jaipongan seperti yang dilakukan guru. Langkah jenis kegiatan yang dapat dilakukan adalah seperti tercantum pads Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6
Ceramah, Demonstrasi, dan Latihan

No. Langkah Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
1. Persiapan 1. Menyediakan peralatan yang diperlukan.
2. Menciptakan kondisi anak untuk belajar.
2 Pelaksanaan 3. Memberikan pengertian/penjelasan sebelum
latihan dimulai (metode ceramah).
4. Demonstrasi proses atau prosedur itu oleh guru
dan siswa mengamatinya.
3. Evaluasi/tindak
lanjut 5. Siswa diberi kesempatan mengadakan latihan
(metode latihan).
6. Siswa membuat kesimpulan dari latihan yang is
lakukan.
7. Guru bertanya kepada siswa.

Akhirnya, selain kombinasi sebagaimana disebutkan di depan masih terbuka kemungkinan adanya kombinasi yang lain. Bahkan tidak mustahil kombinasi metode mengajar dapat dibuat untuk dua atau empat metode mengajar
Oleh karena itu, untuk mengklasifikasikan apakah metode tersebut efektif atau tidak hanya mampu dilakukan oleh guru yang professional karena masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangannya. Paling yang dilaksanakan oleh seorang guru adalah memilih dan menentukan mana diantara sekian metode itu dapat lebih tepat dan cocok diterapkan dalam situasi pengajaran serta kemampuan mengkombinasikan metode-metode yang telah ditetapkan secara harmonis dan serasi. Menurut Cadiman A.M. dalam bukunya interaksi dan motivasi belajar mengajar bahwa kompetensi guru ada 10 point salah satunya mengelolah program belajar mengajar dan mengelolah interaksi belajar mengajar
Pembelajaran PAI di sekolah umum terkadang terkesan kurang menarik minat siswa, bukan karena ajaran dan nilai islam yang tidak bermakna bagi mereka, tetapi lebih disebabkan cara penyampaian materi yang kurang tepat, variasi dan menyenangkan siswa. Inilah maksud peribahasa “at-thariqatu ahammu min al-maddah” (metode itu lebih urgen dari materi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar